Rabu 25 Mar 2020 08:40 WIB
Ramadhan

Muslim Sedih Bila Ramadhan Terganggu Pandemi Corona

Datangnya bulan suci ini telah membuat gembira sekaligus sedih.

Suasna buka puasa puasa bersama di Mesir.
Foto: Alrabiya
Suasna buka puasa puasa bersama di Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, -- Bulan Ramadhan satu bulan lagi. Datangnya bulan suci ini telah membuat gembira sekaligus sedih. Berbagai  orang dari berbagau negara yang menggunakan media sosial pun berbagi pemikiran dan keprihatinan mereka tentang ancaman pandemi coronavirus akan mempengaruhi bulan paling suci dalam Islam itu.

Ramadhan diperkirakan dimulai pada 23 April tahun ini. Kala itu akan muncul berbagai kegiatan kegamaan dan sosial yang terkait bulan ini. Misalnya adanya shalat taraweeh bersama, sahur dan berbuka puasa bersama. Mereka berkumpul di Masjid dan tempat lain sembari berbagi makanan dengan keluarga dan teman.

Tetapi ini tentu menjadi masalah baru ketika negara-negara di dunia telah banyak melarang pertemuan sosial untuk mencoba dan memperlambat penyebaran virus corona baru. Banyak umat Islam telah menyuarakan keprihatinan mereka tentang bagaimana mereka akan mempraktikkan Ramadhan tahun ini.

"Selama Ramadhan saya selama ini sellau pergi ke masjid setiap hari.Saya berusaha untuk tidak ketinggalan," kata pengguna Twitter Luis DiNiro, di Mesir seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (25/3). Namun sayangnya, Ramadhan ini sepertinya kita masih terkunci. "Dan itu menyedihkan untuk dipikirkan. Semoga Allah swt mengizinkan kita untuk memiliki Ramadhan yang normal tahun ini dan mengakhiri pandemi ini,'' ujarnya lagi.

Ketika Muslim berdoa dalam kelompok, juga dikenal sebagai shalat jamaah tarawih, mereka berbaris, berdampingan, menyentuh bahu. Tetapi banyak negara Muslim termasuk Arab Saudi dan UEA saat ini menangguhkan doa kelompok sampai pemberitahuan lebih lanjut sejalan dengan langkah-langkah pencegahan coronavirus. Jika langkah-langkah ini berlangsung hingga bulan berikutnya, shalat tarawih dalam kelompok juga akan dilarang. Ini mengancam praktik ibadah Ramadhan.

Beberapa pihak telah menyerukan agar orang mematuhi peraturan baru mulai sekarang. Sebab, ini bertujuan untuk memperlambat penyebaran coronavirus sehingga persyaratan karantina (lockdown, jarak sosial, red) dapat dicabut sebelum awal bulan suci Ramadhan datang.

"Apa itu artinya Ramadhan tanpa tarawih ?" tulis Nhfyzahs pengguna Twitter bertanya. “Pikirkan kembali konsekuensinya jika karantina diperpanjang selama dua bulan, bagaimana dengan Ramadhan? Keputusan ada di tangan Anda, gunakan akal sehat dan kedewasaan Anda. "

"Bila sampai tidak boleh tarawih Ramadhan dan Sholat Ied ini juga, ini sangat menyedihkan," seseorang dengan nama pengguna @jowharx mengatakan dalam sebuah tweet.

Tidak diketahui berapa lama negara akan memberlakukan pembatasan dan tindakan. Banyak negara telah ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Arab Saudi pada hari Senin lalu telah menerapkan jam malam selama 21 hari. Uni Emirat Arab menangguhkan penerbangan ke dan dari negara itu setidaknya selama dua minggu pada hari Selasa. Jordania telah meminta tentara untuk menegakkan hukum jam malamnya.

Di semua negara ini, tidak jelas apakah langkah-langkah membatasi pertemuan publik masih akan dilakukan pada awal Ramadan.

Coronavirus baru telah menginfeksi lebih dari 330.000 orang di seluruh dunia dan mengakibatkan lebih dari 14.500 kematian pada hari Selasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement