Jumat 27 Mar 2020 15:02 WIB

Mulanya Negeri China Mengenal Islam

Negeri China mengenal Islam melalui jalur diplomasi dan perdagangan.

Mulanya Negeri China Mengenal Islam (ilustrasi). FOTO:  Masjid Huaisheng
Foto: Onislam
Mulanya Negeri China Mengenal Islam (ilustrasi). FOTO: Masjid Huaisheng

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Negeri China termasuk kawasan yang luas dan memiliki sejarah panjang dalam peradaban dunia. Nama China berasal dari nama Dinasti Ch'in yang berkuasa sepanjang tahun 221-206 sebelum Masehi (SM). Shi Huang Ti merupakan pendiri dinasti tersebut sekaligus kaisar pertama yang mampu menyatukan China secara politik. Nama lain China adalah Tiongkok, yang berasal dari istilah chung-kuo. Kata chung berarti 'tengah', sedangkan kuo artinya 'negeri'. Para penguasa China senang menganggap negerinya berada di tengah-tengah atau sebagai pusat dunia.

Saat Rasulullah SAW masih hidup, negeri China sedang dikuasai Dinasti Tang (618-906). Penguasa Tang gemar membangun relasi bisnis dengan ribuan utusan dari barat, termasuk Arab dan Persia. Mi Shoujiang dan You Jia dalam risalahnya, Islam in China, menjelaskan, selama 148 tahun sebanyak 37 orang utusan Arab mengunjungi pusat pemerintahan Dinasti Tang.

Baca Juga

Sejak kepemimpinan Kaisar Gaozong (meninggal 683) hingga Kaisar Dezong (meninggal 805), Dinasti Tang mengalami masa keemasan. Namun, pecahnya pemberontakan An-Shi (755-763) mulai melemahkan wangsa tersebut. Kudeta ini dipimpin Jenderal An Lushan yang mendaulat dirinya sebagai kaisar baru di China utara.

Pada masa itu, peradaban Islam di dunia direpresentasikan Dinasti Abbasiyah. Atas permintaan Kaisar Zongyun, Dinasti Abbasiyah membantu memadamkan pemberontakan An-Shi hingga tuntas. Sejumlah barak militer Abbasiyah berdiri sebagai hunian bagi tentara Muslim selama bertugas di wilayah Tang.

Mereka kemudian banyak berinteraksi dengan penduduk lokal. Akhirnya, orang-orang China, khususnya di wilayah barat laut, mulai mengenal Islam. Orang tempatan menyebut kaum Muslim sebagai zhu tang, yang berarti secara literal 'orang asing yang tinggal'. Kebanyakan mereka berkebangsaan Arab atau Persia. Mereka umumnya berprofesi sebagai pedagang, diplomat, atau tentara.

Mayoritasnya menetap di kota-kota. Cukup banyak pula di antara mereka yang belakangan menikah dengan orang China setempat. Keturunannya lalu disebut sebagai fan ke.

Namun, dakwah Islam lebih banyak tersebar melalui diplomasi maritim. Memang, jauh sebelum zaman Rasulullah SAW, pelaut Arab telah memiliki kontak bisnis dengan orang China. Mereka berlayar mengarungi Samudra Hindia, Selat Malaka, dan akhirnya sampai di pesisir Laut Cina Selatan antara lain kota pelabuhan Guangzhou. Satu contoh signifikansi jalur laut adalah keberadaan masjid tertua di China, Masjid Huaisheng, di Guangzhou.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement