Sabtu 28 Mar 2020 11:39 WIB

Perusahaan Dubai Kewalahan Penuhi Permintaan Hand Sanitizer

Perusahaan tersebut menjual 100 ribu botol hand sanitizer dalam sepekan.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Perusahaan Dubai Kewalahan Penuhi Permintaan Hand Sanitizer.
Foto: AP Photo/Elaine Thompson
Perusahaan Dubai Kewalahan Penuhi Permintaan Hand Sanitizer.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Munculnya wabah virus corona membuat masyarakat lebih memperhatikan kebiasaan kebersihan pribadi yang baik. Bahkan, kini mencuci tangan secara efektif dan menggunakan cairan pembersih tangan (hand sanitizer) sangat direkomendasikan sebagai dua langkah penting menghindari penularan virus corona.

Permintaan akan cairan pembersih pun kini meningkat, termasuk di negara-negara Timur Tengah yang juga dilanda wabah Covid-19. Untuk memenuhi permintaan itu, sebuah perusahaan yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), Marssai, memproduksi cairan pembersih tangan, sabun cuci tangan, dan sampo. Krisis kesehatan masyarakat akibat virus ini telah membuat penjualan akan produk pembersih begitu cepat, bahkan melampaui impian sang pendiri perusahaan.

Baca Juga

Sosok pengusaha perempuan di balik perusahaan Marssai, yang memiliki makna "jangkar saya" dalam bahasa Arab, ini mengatakan stafnya telah mengeluarkan semua persediaan untuk memenuhi lonjakan permintaan akan produk perawatan pribadi selama masa sulit ini. Iman Alashkar merupakan warga UEA yang berasal dari Suriah dan juga seorang ilmuwan farmasi. Ia mengatakan, Marssai telah menjual hampir 100 ribu botol cairan pembersih tangan dalam satu pekan.

"Saya sudah bekerja sepanjang waktu selama 10 hari terakhir. Saya tidak melebih-lebihkan, tetapi saya bekerja setidaknya 20 jam, dan saya berlari dengan adrenalin," kata Alashkar kepada Arab News, dilansir Sabtu (28/3).

Ia mengatakan, pola tidurnya telah berubah. Dia sekarang menghabiskan satu jam atau lebih per malam untuk beristirahat dan menghabiskan setiap menitnya di tempat kerja. Beberapa hari lalu, ia mengaku beristirahat di tangga di pabriknya untuk tidur siang selama dua jam.

"Ketika Anda mengejar Ph.D di Amerika Serikat, Anda dilatih untuk disiksa dan tidak tidur. Tapi saya baik-baik saja," candanya.

Sumber: Arab News

Meski begitu, Alashkar mengaku ia menikmati setiap momen dari kesibukannya. Ia merasa senang dengan perbedaan kali ini, sembari tetap menjaga kualitas produknya.

"Itu yang membuat saya terus berjalan, dan ketika Anda melihatnya, itu memberi Anda kekuatan. Anda memiliki tujuan, dan itu memberi Anda energi dan cahaya untuk terus melakukannya. Ini melelahkan tapi menyenangkan," ujar perempuan 40 tahun tersebut.

Produk Marssai kini dijual di sejumlah supermarket, termasuk Choithrams dan Carrefour. Bahkan, apotek di UEA juga sudah mulai meminta kembali persediaan.

Alashkar menceritakan soal perjalanannya dalam perusahaan ini. Ia mengatakan, ia sempat bekerja dalam konsultasi teknologi di Boston selama beberapa tahun. Hingga kemudian, ia memiliki kembali ke Suriah.

Menurutnya, hal itu bukan keputusan yang sulit sebab, dia memiliki keluarga yang memiliki ikatan kuat dengan industri farmasi Timur Tengah. Pelatihan dan keahliannya adalah di bidang farmasi. Alashkar yang juga anggota American Society of Cosmetics Chemists ini mendapat gelar Ph.D dalam ilmu farmasi di Boston.

"Kakek saya memiliki pabrik di Damaskus dan di Mesir pada 1920, jadi saya tumbuh di sekitar produk farmasi," katanya.

Namun, berlarut-larutnya perang saudara di Suriah membuatnya memutuskan pindah ke Dubai enam tahun lalu dan kemudian mendirikan pabrik sendiri. Sebelum wabah virus corona melanda, pabrik Alashkar di Dubai Science Park memproduksi sampo dan sabun cuci tangan dengan merek Marssai, nama yang ia pilih untuk menghormati keterkaitan Arab (ada merek anak-anak yang terpisah, Peekaboo).

"Dubai menjadi tempat yang saya sukai, dan saya secara khusus ingin agar merek tersebut terdengar Arab," katanya.

Alashkar mendirikan pabrik ini berangkat dari rasa kemanusiaan. Pasalnya, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), ribuan orang meninggal setiap hari di seluruh dunia karena infeksi yang didapat saat menerima perawatan kesehatan. Menurutnya, tangan adalah jalur utama transmisi kuman selama perawatan kesehatan.

Karena itu, ia mengatakan penting untuk membuat produk higienis secara lokal. Alashkar juga mengusung pendekatan ruang bersih dalam pabriknya. Begitu virus corona muncul, ia diberi tahu soal kekurangan cairan pembersih tangan.

Di saat itulah ia disetujui pemerintah kota untuk meluncurkan produknya lebih dari 10 hari yang lalu. Bahkan, karena permintaan yang meningkat, ia dan timnya bekerja praktis tanpa henti.

Pada pekan pertama, pabriknya bahkan menjual hampir 100 ribu botol. Karena itu, ia berencana untuk meningkatkan produksi barang-barang yang dibutuhkan dengan cepat untuk memenuhi kebutuhan penduduk Dubai.

"Saya merasa saya juga membantu orang lain. Setiap pengusaha membutuhkan alasan untuk membuat mereka terus maju. Sanitizer adalah bagian dari diri anda, dan itu harus menyenangkan jika Anda menggunakannya untuk kesejahteraan Anda," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement