Sabtu 28 Mar 2020 19:32 WIB

Rahasiakan Terinfeksi Corona, Dokter di Uzbekistan Meninggal

Dokter di Uzbekistan meninggal setelah tertular dari pasien nol.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Dokter di Uzbekistan meninggal setelah tertular dari pasien nol.
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Dokter di Uzbekistan meninggal setelah tertular dari pasien nol.

REPUBLIKA.CO.ID, TASHKENT — Seorang dokter berusia 39 tahun di Uzbekistan meninggal setelah gagal mengobati infeksi virus korona baru Covid-19 yang dideritanya pada Sabtu (28/3). Dokter tersebut dilaporkan merahasiakan bahwa dia mengidap Covid-19.

Dilaporkan Reuters, Kementerian Kesehatan Uzbekistan mengatakan, dokter itu telah melakukan kontak dengan pasien nol di negara tersebut. Pasien terkait diduga kuat yang menularkan Covid-19.

Baca Juga

Pada Kamis (26/3), dokter tersebut sempat dibawa dan dirawat di rumah sakit. Namun, kondisinya kritis dan akhirnya tak berhasil tertolong.

Sejauh ini, Uzbekistan telah melaporkan 104 kasus Covid-19 dengan dua korban jiwa. Negara tersebut telah memberlakukan karantina wilayah atau lockdown di semua provinsi. Warga dilarang keluar rumah kecuali untuk bekerja dan berbelanja logistik atau kebutuhan mendesak lainnya.

Sementara itu, di Indonesia, sejumlah dokter dan tenaga kesehatan lainnya telah berjatuhan akibat terinfeksi Covid-19. Ikatan Dokter Indonesia telah memberikan imbauan kepada para dokter dan petugas kesehatan agar tidak menangani pasien Covid-19 tanpa alat pelindung diri (APD).

Ketua IDI Daeng M Faqih mengatakan, jika pekerja medis tetap nekat merawat pasien infeksi virus tanpa memakai APD, maka mereka berisiko tertular dan sakit, sehingga mereka tidak bisa lagi bertugas. Pernyataan itu sekaligus meluruskan pemberitaan yang menyebut IDI mengancam mogok kerja petugas medis akibat kelangkaan APD.

“Petugas kesehatan.yang pakai APD boleh merawat pasien Covid-19 dan yang tidak pakai APD tidak diperkenankan,” ujar Daeng ketika dikonfirmasi Republika.co.id.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement