Jumat 03 Apr 2020 23:08 WIB

Berhala-Berhala di Sekitar Kabah dan Keyakinan Jahiliyah

Sebelum Islam datang Kabah dikelilingi berhala-berhala.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Sebelum Islam datang Kabah dikelilingi berhala-berhala. Ilustrasi Kabah di Masjid Al Haram
Foto: Amr Nabil/AP Photo
Sebelum Islam datang Kabah dikelilingi berhala-berhala. Ilustrasi Kabah di Masjid Al Haram

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ka'bah dibangun Nabi Ibrahim dan Ismail atas perintah Allah SWT. Sejak itu pula, perintah Allah datang agar Ibrahim menyeru manusia untuk melaksanakan ibadah haji. Kabah menjadi tempat penyembahan kepada Allah yang Esa.

Namun, seiring waktu Ka'bah sempat beralih fungsi menjadi tempat penyembahan kepada berhala. Sebelum Islam datang, Ka'bah dihiasi oleh berhala-berhala. 

Baca Juga

Sastrawan yang juga Dosen di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Maliki Malang, Ustaz Halimi Zuhdy, mengatakan perubahan fungsi itu terjadi karena perilaku keturunan-keturunan dari Nabi Ismail.

Hal itu dijelaskan dalam kitab al-Ashnam karangan Ibnu Hisyam al-Kalbi. Dalam kitab itu disebutkan, bahwa Nabi Ismail melahirkan banyak keturunan, sehingga Makkah dipenuhi dengan keturunannya.

 

Dengan adanya sekumpulan orang yang kemudian membentuk sebuah masyarakat itu, kata dia, maka terjadilah interaksi atau hubungan sosial. Dari banyak hubungan itu, menurutnya, muncul juga banyak kepentingan dan melahirkan banyak hal.

Dalam kitab tersebut juga disebutkan, muncul banyak peperangan, pertikaian, permusuhan di antara masyarakat di kota Makkah. 

Sehingga dari mereka ada yang keluar dari daerah Makkah menuju berbagai tempat, dan ada pula yang membangun daerah-daerah baru. 

Sementara mereka para penyembah berhala, adalah mereka  yang keluar dari Makkah dengan membawa batu suci yang diambil dari tanah haram, sebagai penghormatan (takzim) serta sebagai pemujaan untuk tempat suci Makkah.

Menurut Usta Halimi, di manapun mereka berada, mereka meletakkan batu tersebut dan mereka mengelilinginya (thawaf) untuk mengagungkan dan sebagai rasa cinta kepada Ka'bah. 

Di sisi lain, mereka yang berada di Makkah dan beberapa wilayah lainnya terus melanjutkan  tradisi kakeknya Ibrahim dan Ismail dengan melakukan haji dan umroh sesuai dengan apa yang menjadi perintah. 

"Berjalannya waktu, mereka lebih senang melakukan peribadatan sebagaimana kaum Nabi Nuh yang ingkar yaitu menyembah patung, dan melupakan warisan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sedangkan beberapa dari mereka, merubah tradisi dengan tradisi baru, dan banyak yang tidak melakukan peribadatan sebagaimana Nabi Ibrahim. Atau mereka juga melakukan tawaf, haji dan umroh tapi sudah banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi," kata Ustaz Halimi, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Jumat (3/4).

Penulis buku berjudul "Sejarah Haji & Manasik" ini menuturkan, bahwa orang yang pertama kali merubah dan mengganti agama Ismail (misi kenabian dengan berbagai peribadatannya) adalah Amr bin Luhay bin Harishah. 

Dia adalah orang yang meletakkan patung pertama kali dan menjadikannya sesembahan. Hal demikian dijelaskan oleh Ibnu Hisyam dalam Kitab al-Ashnam.

Dalam banyak riwayat, Amr bin Luhay membawa berhala ini dari negeri Syam, yang ia dapatkan  dari suku al-Amalik. Berhala yang ia bawa pada kemudian hari disebut Hubal.

Menurut keyakinan suku al-Amalik dan kemudian mempengaruhi Amr bin Luhay, berhala-berhala yang berada di Syam tersebut dianggap dapat memberikan makan, menurunkan hujan, dan mendatangkan kebaikan lainnya, serta dapat menolak kerusakan.  

Sementara itu, pengasuh Pondok Literasi Darun Nun Malang ini mengatakan ada pula keterangan dalam Ibnu Hajar, yang menyebutkan bahwa Amr bin Luhay pula yang membuat dua patung bernama Nailah dan Asaf yang diagungkan orang-orang yang tawaf pada masa itu.

Selain itu, ada yang berpendapat bahwa Amr bin Luhay sakit parah. Kemudian, ada yang memberikan petunjuk kepadanya agar pergi ke suatu kolam (pemandian air hangat) di Balqa' yang berada di Syam jika penyakitnya ingin hilang. Amr bin Luhay lantas pergi ke tempat itu dan mandi di pemandian tersebut.

Disebutkan, bahwa penyakitnya kemudian benar-benar hilang. Namun, karena penduduk di tempat tersebut menyembah berhala, Amr lantas bertanya kepada penduduk di tempat itu tentang berhala tersebut. Mereka menjawab, "Inilah yang memberi kita minum, dan ini pula yang dapat menolong kita dari gangguan musuh." Ia lantas ikut percaya dengan anggapan penduduk setempat itu.

"Amr bin Luhay kemudian meminta benda-benda tersebut dan membawanya ke Makkah. Amr bin Luhay kemudian meletakkan benda-benda (berhala) itu di Ka'bah," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement