Sabtu 04 Apr 2020 16:58 WIB
Wabah

Bayang-Bayang Wabah di Makah dalam Lintas Zaman

Kisah Wabbah di Makkah

Waktu fajar di Makkah di hari pertama terkena lockdown.
Foto: Muharom Ahmad
Waktu fajar di Makkah di hari pertama terkena lockdown.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Jauh sebelum virus asal Wuhan Cina yang dikenal dengan Covid-19 membayangi Makkah, sebenarnya berbagai wabah juga pernah menghampiri di Makkah. Bahkan paparan ini dalam catatan sejarah lazim adanya. Dan wabah penyakit tersebut menimbulkan kematian dengan angka yang tinggi pada para umat muslim dunia yang tengah menunaikan haji.

Pada awal dekade 2010-an, tepatnya pada 2012 keluarga virus Corona muncul di Arab Saudi, yakni virus CoV. Penyakitnya disebut sebagai Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Orang di Arab lazim menyebut dengan nama 'flu onta'. Makkah sebagai pusat ibadah umat Islam tak lepas dalam penyebaran virus ini.

Hingga saat ini, terdapat dugaan kuat bahwa unta Arab atau dromedaris adalah spesies kunci dari penyebaran wabah MERS ke manusia. Sejak muncul pertama kali pada 2012, ia telah ditularkan ke ribuan orang di lebih dari 26 negara.

WHO menyebut, hingga November 2019, sekitar 2494 kasus dilaporkan terkait MERS, di mana 858 di antaranya sudah meninggal dunia. Sebagian besar kasus MERS terjadi di Saudi Arabia.

Namun, jauh sebelum MERS, sejumlah wabah juga sempat membayangi Tanah Suci. Menurut Encyclopedia of Plague and Pestilence from Ancient Times to the Present (2008) yang ditulis George Childs Kohn, Kolera menjadi wabah langganan yang selalu datang ke Makkah.

Kolera kerap kali dibawa oleh jamaah haji dari luar Arab Saudi, yang kemudian menularkan penyakit diare akibat infeksi bakteri itu ke para jamaah haji dari berbagai belahan dunia lainnya. Negara Rusia misalnya pada akhir tahun 1800-an sangat mewaspadai jamaah haji dari negara yang pulang dari Makkah. Mereka melakukan pengawasan secara ketat kepada mereka.

"Makkah (kota suci Islam di Arab Saudi) adalah pusat difusi yang paling rawan dalam penyebaran kolera, epidemi Kolera di sana pecah sebanyak 33 kali antara 1830 dan 1912," tulis Kohn.

Menurut catatan Kohn, Makkah dan ritual ibadah haji tahunannya kerap memiliki 'peran' dalam penyebaran Kolera ke berbagai belahan dunia. Para jamaah yang tertular di Makkah, kemudian menularkan Kolera ke kampung halamannya. Indonesia pun tidak luput dari Kolera yang tertransmisikan di Ibadah Haji.

Kasus wabah yang salah satu penyebarannya diperbesar oleh aktivitas Ibadah Haji di Makkah di antaranya kasus Wabah Kolera Asia 1826 - 1837. Dua tahun terparah Kolera yang menjangkiti Makkah adalah tahun 1831 dan 1865.

"Epidemi kolera paling parah di Makkah meletus pada tahun ritual tahunan haji. Ritual keagamaan mempercepat penyebaran kolera di seluruh benua Afrika dan Eropa di sepanjang rute transportasi para jamaah," tulis Kohn. 

Pada 1865 - 1875, wabah Kolera yang kerap dibawa jamaah muslim India bahkan menular ke 90 ribu jamaah. Sebanyak 30 ribu di antaranya meninggal. Para jamaah yang tertular berasal dari Irak, Suriah, Palestina, Turki, dan Mesir. Dari Mesir, Kolera ditularkan ke sebagian wilayah Eropa.  Kasus Kolera serupa terus terjadi, misal pada 1902 hingga periode 1961 - 1975.

Selain Kolera, Makkah juga pernah dibayangi wabah Asia Afrika Accute hemmorhagic conjunctivist (AHC) pada 1969 - 1971. Pada tahun 1970an, penyakit mata yang dibawa jamaah haji itu bahkan menular ke Jawa Bali dan menjadikannya episentrum kedua wabah selain tanah Arab. 

Mundur ke tahun 1348 - 1349, Makkah juga terdampak Wabah Hitam Maut atau Black Death yang melenyapkan nyawa dua per tiga populasi Eropa saat itu (75 juta). Menurut Kohn, para beberapa warga Eropa berusaha melarikan diri dari wabah mematikan ini ke timur tengah. Namun mereka yang terjangkit kemudian menular ke jamaah haji di yang mereka temui dalam perjalanan menuju Makkah, dan menyebabkan kematian di Makkah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement