Selasa 05 May 2020 21:56 WIB

Kemegahan Masjidil Haram di Tangan Arsitek Dinasti Ottoman

Ornamen-ornamen cantik dipasang di Masjidil Haram era Ottoman.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Ornamen-ornamen cantik dipasang di Masjidil Haram era Ottoman. Suasana Masjidil Haram yang sepi akibat pandemi Corona.
Foto: anadolu agency
Ornamen-ornamen cantik dipasang di Masjidil Haram era Ottoman. Suasana Masjidil Haram yang sepi akibat pandemi Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, Di masa Dinasti Utsmaniyah/Ottoman, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuni atau Sulaiman Agung pada 926-973 H/1520 M-1565 M, Ka'bah dan Masjidil Haram dibangun kembali.

 

Baca Juga

Rancangan atau bentuk Ka'bah dan Masjidil Haram saat ini merupakan hasil karya dari seorang arsitek terkemuka Dinasti Ottoman kala itu, yakni Sinan Pasya. Meskipun, sang arsitek tidak sempat menyaksikan pelaksanaan proyek tersebut. Proyek itu kemudian dilanjutkan salah seorang muridnya, Mehmet Aga.

 

 

Melalui proyek tersebut, luas kompleks Masjidil Haram menjadi sekitar 200x200 meter atau 40.000 meter persegi. Dalam pembangunan itu, ventilasi yang mengitari Masjidil Haram dibangun kembali. 

 

Sedangkan tiang-tiang pualam lama, yang didirikan pada masa Zubaidah (permaisuri Harun Al-Rasyid), dibuang dan digantikan dengan 892 tiang baru yang juga dari pualam.

 

Namun di antara tiang-tiang tersebut, didirikan tiang dari batu pasir untuk menyangga ventilasi dan 500 kubah kecil yang dibuat dari batu. Kubah-kubah itu sebelumnya dibuat dari kayu.

 

Sementara itu, dekorasi dan ornamen Masjidil Haram kala itu dibuat 'Abdullah Luthfi, seorang pelukis terkemuka Turki yang mewakili aliran Ottoman di bidang seni lukis. 

 

Sang pelukis tidak berusaha melukis sosok Nabi Muhammad SAW. Namun, dekorasi atau lukisan tersebut dibuat dengan tulisan keemasan langgam tsuluts, dengan latar belakang warna biru Arab. Di kalangan para seniman Muslim itu disebut al-istibraq.

 

Dekorasi Masjidil Haram terus berkembang. Pada 994 H/1586 M, dinding-dinding masjid diselimuti pualam-pualam berwarna. Selain itu, lampu-lampu gantungnya diperbarui dan dilengkapi dengan lampu-lampu berbentuk kepala pohon kurma.

 

Beberapa menara juga didirikan. Menara terbesar berbentuk bulat mengikuti langgam Ottoman  dan memiliki tiga balkon (syurfah) untuk melantunkan adzan. Di bawah menara terbesar yang disebut Menara Khalifah itu, Sultan Sulaiman mendirikan sebuah madrasah untuk mempelajari fikih yang diberi nama Madrasah Sulaimaniyyah.

 

Bangunan Ka'bah mulai rapuh pada awal abad ke-11 H. Namun, para ulama kala itu berbeda pendapat tentang kebolehan meruntuhkan Ka'bah agar bisa dibangun kembali. Hingga kemudian banjir bandang melanda Makkah pada 1039 H/1629 M, akibatnya dua sudut Ka'bah runtuh.

 

Saat itu, pembangunan dilakukan dengan para arsitek dan ahli bangunan yang didatangkan dari Istanbul dan Kairo. Dalam rekonstruksi Ka'bah saat itu, para arsitek memakai kembali batu-batu Ka'bah yang ada sebelumnya. Sementara dalam membuat fondasi, mereka tetap memakai batu-batu basal hijau. 

 

Hal itu didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa dari batu jenis itulah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail membangun Ka'bah. 

 

Fondasi yang disebut syadzrawan itu dilapisi dengan pualam. Tiang-tiang kayu penyangga atap Ka'bah juga tetap dipelihara.

 

Selain itu, mereka juga membuat sebuah pancuran baru dari emas yang dilapisi perselen biru. Mereka juga menghampari lantai bagian dalam Ka'bah dengan tirai sutra hitam yang dibuat di Mesir dan didatangkan ke Makkah dengan iring-iringan pasukan pengawal.

 

Pembangunan kembali seluruh masjid kemudian terjadi pada 1237 H/1821 M. Adapun pembangunan kembali seluruh bangunan Masjidil Haram oleh Kerajaan Arab Saudi dimulai pada 1388 H/1958 M di masa pemerintahan Raja Sa'ud ibn 'Abdul 'Aziz.

 

Selain bentuk baru yang indah dan menawan, Masjidil Haram juga semakin luas menjadi 75 ribu meter persegi dari sebelumnya 30 ribu meter persegi. 

 

Masjid juga dikelilingi sebuah jalan dengan lebar 30 meter dan lintasan sai dibuat menjadi dua lantai dengan lebar 2 meter dan 8 pintu.

 

Selanjutnya, pengembangan dan perluasan Masjidil Haram dilakukan di masa Raja Fahd ibn 'Abdul 'Aziz pada 1408 H/1988 M. Pengembangan dilakukan terutama pada sisi barat masjid. 

 

Di masa ini, masjid menjadi memiliki ruang shalat di atas masjid seluas 60 ribu meter persegi, dan perluasan lebih dari 80 ribu meter persegi di seputar masjid. Sistem drainase pun dibenahi.  

 

Pada 2008, pengembangan masjid kembali dilakukan. Pemerintah Saudi memperluas mas'a (tempat pelaksanaan sa'i), sehingga mampu menampung sekitar 118 ribu orang per jam. 

 

Sebelumnya, mas'a hanya mampu menampung 42 ribu orang per jam. Selain itu, pembersihan karpet dan drum air zamzam juga dilakukan dengan sistem yang canggih. Menara Shafa juga kemudian memiliki kubah baru yang lebih luas.

 

Hingga kini, perluasan dan pengembangan Masjidil Haram masih terus dilakukan. Pemerintah Arab Saudi terus berupaya untuk memelihara, memperluas dan memperindah Masjidil Haram. (Kiki Sakinah)

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement