Rabu 03 Jun 2020 04:50 WIB

Kematian Pertama Akibat Covid-19 di Kamp Rohingya

Bangladesh melaporkan kematian pertama akibat Covid-19 di kamp pengungsi Rohingya

Rep: Kamran Dikarma/Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Pengungsi Rohingya berbelanja bahan makanan di pasar Kutupalong Rohingya di kamp Coxs Bazar, Bangladesh, 15 Mei 2020.Bangladesh melaporkan kematian pertama akibat Covid-19 di kamp pengungsi Rohingya. Ilustrasi.
Foto: AP
Pengungsi Rohingya berbelanja bahan makanan di pasar Kutupalong Rohingya di kamp Coxs Bazar, Bangladesh, 15 Mei 2020.Bangladesh melaporkan kematian pertama akibat Covid-19 di kamp pengungsi Rohingya. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Bangladesh melaporkan kematian pertama akibat Covid-19 di kamp pengungsi Rohingya, Selasa (2/6). Korban adalah pria berusia 71 tahun.

Menurut pejabat senior di Komisi Repatriasi dan Bantuan Pengungsi Bangladesh Bimal Chakma, pengungsi Rohingya itu meninggal pada Ahad (31/5) pekan lalu saat sedang menjalani perawatan di pusat isolasi. "Hari ini kita mendapat konfirmasi bahwa dia dites positif Covid-19," ungkapnya.

Baca Juga

Dilansir BBC, seorang pejabat kesehatan mengatakan korban meninggal berada di sebuah pusat isolasi yang dijalankan oleh badan medis amal Medecins Sans Frontieres (MSF). Pria berusia 71 tahun itu berasal dari Kutupalong, kamp terbesar di distrik Cox's Bazar yang berbatasan dengan Myanmar.

Saat ini setidaknya terdapat 29 pengungsi Rohingya yang dinyatakan positif mengidap Covid-19. Sejauh ini Bangladesh baru melakukan 332 tes di kamp-kamp pengungsi.

Sebelumnya PBB dan lembaga bantuan telah memperingatkan tentang potensi terjadinya bencana kemanusiaan jika Covid-19 menyebar di kamp pengungsi Rohingya yang menampung lebih dari satu juta orang. Juru bicara badan pengungsi PBB (UNHCR) di Cox's Bazar Louise Donovan mengatakan akan bekerja agar semua penghuni kamp dapat melakukan tes virus corona.

"Mereka yang diidentifikasi sebagai positif Covid-19 harus memiliki fasilitas yang memadai untuk merawat dan untuk memastikan pelacakan kontak serta isolasi dari mereka yang mungkin telah terpapar," kata Donovan.

Direktur Bazar Cox's Relief International Program Alejandro Agustin Cuyar mencemaskan penyebaran Covid-19 di kamp pengungsi Rohingya dapat menjadi bom waktu. Dia menyoroti kepadatan kamp serta fasilitas toilet dan sumber air yang digunakan secara bersama-sama.

"Begitu virus mulai menyerang, akan sangat menantang untuk meratakan kurva. Jadi kami sangat khawatir jumlah yang membutuhkan pengobatan akan segera luar biasa," ujar Cuyar.

Hampir satu juta Muslim Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar telah tinggal di Bangladesh. Dengan sekitar 40 ribu orang per kilometer persegi, 34 kamp pengungsi memiliki lebih dari 40 kali kepadatan populasi rata-rata Bangladesh. Setiap gubuk hampir 10 meter persegi (107 kaki persegi) diisi orang dan banyak yang dikemas hingga 12 penduduk.

sumber : Reuters/BBC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement