Rabu 03 Jun 2020 15:30 WIB

Alangkah Meruginya Mereka yang Haji dengan Niat Pencitraan

Ibadah haji tidak diterima jika tidak dibangun di atas keikhlasan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Alangkah Meruginya Mereka yang Haji dengan Niat Pencitraan
Foto: Amr Nabil/AP
Alangkah Meruginya Mereka yang Haji dengan Niat Pencitraan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sesungguhnya ibadah haji yang diterima oleh Allah subhanahu wa ta'ala merupakan haji yang ditunaikan dengan keikhlasan dan sesuai dengan sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Namun, berhaji dengan niat pencitraan, merupakan salah satu sebab yang dapat merusak keikhlasan seseorang dalam berhaji. 

Dikutip dari buku Bekal Haji karya Ustadz Firanda Andirja, orang yang berhaji memiliki potensi besar untuk memamerkan ibadah hajinya. Oleh karena itu, tatkala Rasulullah  berhaji, beliau berkata: "Ya Allah, ini adalah haji yang tidak ada riya padanya dan tidak juga sumah", disahihkan oleh Al-albani.

Baca Juga

Riya merupakan sikap ingin dilihat oleh orang lain dan sumah ingin didengar oleh orang lain. Nabi tidak perah menyatakan kedua perbuatan ini dalam ibadah-ibadah lainnya.

Inilah isyarat bahwa ibadah haji rawan dipamerkan atau terkontaminasi dengan riya dan sumah. Betapa banyak orang sepulang haji jika tidak dipanggil "Pak Haji", ia pun marah dan tersinggung.

Sebesar apa pun pengorbanan seseorang dalam beribadah, sebanyak apa pun biaya yang telah ia keluarkan, atau seletih apa pun yang ia kerjakan, ibadahnya tidak akan diterima jika tidak dibangun di atas keikhlasan. Lihatlah seorang mujahid yang berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta'ala dengan mengorbankan hartanya, bahkan nyawanya. Namun, jika ia tidak berjihad karena Allah, ia akan disiksa pada hari kiamat kelak. Demikian pula dengan haji.

Berikut ini bentuk-bentuk kegiatan yang bisa merusak keikhlasan seseorang dalam berhaji. 

  • Berhaji dengan niat pencitraan, apalagi pada musim-musim politik dan pemilu. Lalu, ia pun perlu mempersiapkan tim sukses yang siap merekam dan mempublikasi kegiatannya selama berhaji. 
  • Berhaji karena malu dibilang oleh tetangga, "Sudah kaya, kok tidak haji-haji", sehingga akhirnya ia berhaji hanya agar tidak dicemooh oleh tetangga. 
  • Berhaji dengan travel atau agen perjalanan yang mahal dan ini tentunya tidak mengapa, tetapi sambil berniat memamerkan kekayaan dan kesombongannya karena bisa berhaji dengan travel mahal.
  • Berhaji sambil selfie atau berswafoto terus-menerus. Lalu, hasil selfie dipublikasi di medsos, dijadikan sebagai foto profil dan status atau dijadikan foto yang dipajang di ruang tamu. 

Semua kegiatan tersebut sangat mungkin bisa mengotori niat seseorang tatkala berhaji. Oleh sebab itu, hendaknya hal tersebut dijauhi oleh umat Muslim. Ketahuilah, Anda tidak mungkin menjadi haji yang mabrur, kecuali jika Anda ikhlas dalam berhaji karena hanya mengharap keridhaan dan ampunan dari Allah subhanahu wa ta'ala.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement