Kamis 04 Jun 2020 02:00 WIB

Inflasi Bukan Indikator Efektivitas Bansos

Penyaluran bansos Covid-19 masih mengalami beberapa kendala.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Warga menunjukan buku tabungan dan kartu ATM berisi uang Rp600ribu usai melakukan pencairan Bantuan Sosial (Bansos) yang diperuntukkan bagi masyarakat terdampak pandemi COVID-19. ilustrasi
Foto: ANTARA/MUHAMMAD IQBAL
Warga menunjukan buku tabungan dan kartu ATM berisi uang Rp600ribu usai melakukan pencairan Bantuan Sosial (Bansos) yang diperuntukkan bagi masyarakat terdampak pandemi COVID-19. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat inflasi bukanlah indikator utama dari efektivitas bantuan sosial (bansos) dalam kondisi pandemi ini. Indikator yang lebih tepat yakni terjaganya kebutuhan pokok dari kelompok rentan dan miskin.

"Perlu dipahami, tujuan utama bansos bukan meningkatkan daya beli, karena apabila untuk meningkatkan daya beli dari keadaan normal maka baru akan terjadi inflasi. Hanya saja bansos lebih diarahkan menjaga daya beli terutama bagi kelompok yang rentan dan terdampak paling besar dari sisi pendapatan akibat dampak Covid-19," jelas Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky kepada Republika.co.id, Rabu (3/6).

Baca Juga

Melihat lebih jauh, kata dia, justru tanpa adanya bansos angkanya bisa jadi deflasi atau terjadi pertumbuhan harga secara negatif. "Ini merupakan kemungkinan skenario yang lebih buruk," ujarnya.

Ia tak memungkiri bansos masih mengalami beberapa kendala, di antaranya tidak tepat sasaran, karena orang mampu masih menerima bansos. Hanya saja menurutnya, sejauh ini kelompok berpendapatan rentan dapat resilient menghadapi Covid-19 dalam pemenuhan kebutuhan dasar berkat adanya bansos.

"Memang dalam kondisi ideal, bansos yang lebih besar akan membuat lebih banyak masyarakat rentan yang tertolong, baik dari jumlah maupun besaran bantuan. Namun dengan kondisi fiscal space yang terbatas saya rasa alokasi bansos ini sudah cukup tepat sasaran," ujar Riefky.

Kemudian, sambungnya, efek bansos ini sudah mulai dirasakan. Ke depannya pun masih akan terus terasa seiring berlanjutnya program bansos.

"Jadi inflasi yang rendah ini saya rasa perlu dilihat dari sudut pandang lain, angka inflasi saat ini mencerminkan daya beli walaupun rendah. Bisa dibilang juga terbantu oleh bansos karena tanpa adanya bansos saya rasa daya beli masyarakat akan terpukul lebih dalam lagi dan kemungkinan adanya risiko deflasi," tuturnya.

Sehingga, kata Riefky, selama kebutuhan dasar masyarakat tetap terjaga, baginya program bansos sudah berjalan efektif. Kendati terdapat kendala dan kekurangannya.

"Kendala dan kekurangannya itu, saya harap dapat dibenahi pemerintah. Dengan begitu ke depannya program bansos ini lebih tepat sasaran selama masa pandemi Covid-19," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement