Sabtu 06 Jun 2020 13:19 WIB

Demonstran Janji Jaga Momentum Hingga Perubahan Terjadi

Demonstran kematian George Floyd berjanji akan buat gerakan berkelanjutan

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Para pengunjuk rasa berbaris melewati Madison Square Garden ketika Empire State Building berdiri di belakang, Kamis, 4 Juni 2020, di wilayah Manhattan di New York. Demonstran kematian George Floyd berjanji akan buat gerakan berkelanjutan. Ilustrasi.
Foto: AP/John Minchillo
Para pengunjuk rasa berbaris melewati Madison Square Garden ketika Empire State Building berdiri di belakang, Kamis, 4 Juni 2020, di wilayah Manhattan di New York. Demonstran kematian George Floyd berjanji akan buat gerakan berkelanjutan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pengunjuk rasa yang digerakkan kematian George Floyd berjanji untuk mengubah kesedihan mereka atas kematian laki-laki kulit hitam itu menjadi gerakan yang berkelanjutan menentang rasialisme dan diskriminasi. Demonstrasi mulai lebih tenang, tapi tetap fokus pada ketidakadilan rasial.

Pemerintah Kota Minneapolis, di mana Floyd dicekik oleh polisi kulit putih hingga tewas, telah sepakat untuk melarang polisi mencekik dalam proses penahanan atau penangkapan. Minneapolis juga mewajibkan petugas mengintervensi apabila melihat petugas lain menggunakan kekuatan dengan berlebihan. 

Baca Juga

Perubahan ini adalah bagian dari ketentuan yang disepakati pemerintah kota dan negara bagian yang menggelar penyelidikan hak sipil terhadap kematian Floyd. Dewan kota diperkirakan akan menyetujui kesepakatan tersebut yang akan memberikan kekuatan hukum di pengadilan.

Unjuk rasa George Floyd menjadi demonstrasi terbesar di Amerika Serikat (AS) setelah gerakan hak sipil dan protes perang Vietnam. Unjuk rasa hari ke-11 mulai tenang tapi tetap menjaga momentum dengan mengubah amarah yang meledak-ledak menjadi seruan perubahan yang lebih damai. Upacara berkabung dadakan untuk George Floyd diadakan di Minneapolis hingga North Carolina.

Mahasiswa bernama Josiah Roebuck menggunakan media sosial untuk mengajak orang-orang menggelar unjuk rasa. Ia yakin momentum untuk melawan rasialisme dan diskriminasi terus terjaga.

"Sekali Anda memulai, Anda akan melihat ini setiap hari, saya hanya ingin minoritas di wakili dengan tepat," kata Roebuck yang menghadiri sejumlah unjuk rasa. 

Awalnya unjuk rasa di seluruh AS diwarnai oleh pembakaran dan pecahan kaca. Tapi demonstrasi mulai tenang. Aktivis hak sipil AS Rev. Al Sharpton mengumumkan rencana menggelar unjuk rasa pada 28 Agustus. Tanggal ketika Martin Luther King Jr. menyampaikan pidato terkenal 'I Have a Dream'. 

Sharpton mengatakan event itu digelar untuk menjaga momentum saat proses hukum kasus Floyd berlangsung. Jenazah Floyd dibawa ke North Carolina, negara bagian di mana ia lahir 46 tahun yang lalu. Acara pemakamannya juga digelar di Texas, tempat Floyd menghabiskan sebagian besar hidupnya.

Pekerja kota dan sukarelawan di Washington mengecat jalanan menuju Gedung Putih dengan tulisan 'Black Lives Matter' yang sangat besar. Hal ini menunjukkan pemimpin setempat mendukung gerakan protes.

Mural sepanjang jalan 16th Street itu baru berakhir di depan gereja tempat Presiden AS Donald Trump melakukan sesi foto pada awal pekan ini. Sesi foto itu dilakukan setelah petugas federal memaksa pengunjuk rasa mundur agar Trump dan para ajudannya bisa lewat. 

"Seksi 16th Street di depan Gedung Putih kini resmi menjadi 'Black Lives Matter Plaza'," kata Wali Kota Muriel Bowser di Twitter tidak lama setelah tulisan itu selesai.

Tidak ada yang ditangkap dalam unjuk rasa pada Kamis (4/6) dan Jumat (5/6). Bowser juga mencabut jam malam yang berlaku sejak Senin (1/6).

Ketika suara pengunjuk rasa didengar, semakin banyak simbol perbudakan dan konfederasi yang diturunkan. Alabama menurunkan patung komandan konfederasi setelah terjadi unjuk rasa selama beberapa hari di sana.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement