Sabtu 06 Jun 2020 15:00 WIB
IMF

Akankah Erdogan Akhirnya Menyerah pada IMF?

Akankan Erdogan takluk sama IMF terkait kondisi ekonomi Turki saat ini?

Presiden Recep Tayyip Erdogan. (Foto file-Anadolu Agency)
Foto: Anadolu Agency
Presiden Recep Tayyip Erdogan. (Foto file-Anadolu Agency)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Elba Damhuri*

April 2020, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali secara tegas menolak tawaran pinjaman dan bailout dari Dana Moneter Internasional (IMF). Melawan arus yang menganggap ekonomi Turki rapuh dan tidak memiliki sumber daya fiskal dan moneter kuat sehingga butuh IMF, tapi Erdogan dengan lantang menyatakan ekonomi Turki tangguh.

Ini bukan kali pertama Erdogan menolak IMF. Saat Turki resesi 2018 sampai 2019, Erdogan bersikap sama: Turki tidak membutuhkan IMF yang hanya menambah beban ekonomi dan mengintervensi terlalu dalam.

IMF sebetulnya berkah buat Erdogan. Kegagalan IMF di Turki pada 2001 membawa Erdogan dan para pendukungnya berkuasa di Turki. Dari kegagalan IMF di Turki, Erdogan mengingatkan rakyat Turki tentang tahun-tahun sulit setelah adanya kesepakatan dengan IMF, yang ia gambarkan IMF sebagai "hiu pengutang terbesar dunia."

Kini kondisinya tampaknya berbeda. Presiden Erdogan terus mengalami gelombang naik-turun yang hebat dalam memimpin Turki.

Setelah upaya pembunuhan dan kudeta yang gagal pada 2016, disusul resesi ekonomi pada 2018 dengan terjun bebasnya lira, kini Erdogan dan Turki menghadapi arus deras dampak pandemi corona terhadap ekonomi negeri itu.

Ini bukan gelombang serangan biasa. Ekonomi Turki belum sempat bangkit dari resesi hebat akibat akumulasi faktor-faktor ekonomi yang tidak seimbang yang kemudian dihajar pandemi corona.

Turki menghadapi masalah volatilitas nilai tukar lira atas dolar AS dan mata uang lain. Turki juga bersoal dengan komposisi utang luar negeri yang tinggi namun tidak diimbangi dengan kinerja ekspor yang kinclong dan cadangan devisa yang mumpuni.

Turki mencatat inflasi dua digit hingga belasan persen namun tetap menerapkan kebijakan suku bunga rendah untuk industri perbankan dan sektor keuangan. Akibatnya, ketidakpastian makin kuat dan stabilitas sistem keuangan terganggu.

Dari sini, desakan dan pertanyaan itu muncul lagi: apakah kini saatnya Presiden Erdogan bersalaman dengan IMF? Apakah saatnya Turki mendapat kucuran pinjaman dan bailout untuk cadangan devisa bank sentralnya?

Jawabannya tetap sama. Ini mungkin mirip dengan Presiden Sukarno yang menolak bantuan Amerika Serikat dan sekutunya dengan slogan heroiknya: go to the hell with your aids. Erdogan juga bilang: Tidak.

Sikap dan keyakinan Presiden Erdogan tampaknya menjadi modal kuat Turki untuk kembali memperbaiki ekonominya. Termasuk sikap Erdogan yang tidak mau menerima pinjaman dari IMF. Sebuah sikap tegas, berisiko sebenarnya, percaya diri, dan berani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement