Sabtu 06 Jun 2020 19:52 WIB

Prancis Tetap Dukung 'Satu Negara Dua Sistem' di Hong Kong

Presiden Prancis menyampaikan dukungan kepada Presiden China soal Hong Kong.

 Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Cina Xi Jinping (kanan). Macron menelepon Xi selama satu jam membahas isu Hong Kong, Jumat (5/6).
Foto: Nicolas Asfouri/Pool Photo via AP
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Cina Xi Jinping (kanan). Macron menelepon Xi selama satu jam membahas isu Hong Kong, Jumat (5/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan pesan ke Presiden China Xi Jinping bahwa ia memerhatikan kejadian di Hong Kong dengan cermat. Macron menyampaikan, negaranya tetap mendukung pemberlakuan prinsip "satu negara, dua sistem" di kota semi-otonom itu, demikian pernyataan Istana Kepresidenan Prancis, Elysee.

"Presiden mengatakan ia memantau situasi (di Hong Kong) dengan cermat dan menegaskan dukungan Prancis terhadap prinsip "satu negara, dua sistem," kata pejabat terkait, Sabtu.

Baca Juga

Parlemen China belum lama ini mengesahkan undang-undang keamanan baru di Hong Kong. Sejumlah aktivis demokrasi, diplomat, dan beberapa pelaku usaha, khawatir beleid itu dapat mengganggu status semi otonom Hong Kong dan perannya sebagai salah satu pusat perputaran uang dunia.

Undang-Undang itu juga sempat meningkatkan ketegangan antara Washington dan Beijing, serta mendorong Uni Eropa menyampaikan "kekhawatiran mendalam" terkait beleid baru itu pada pekan lalu. Pejabat Istana Kepresidenan Elysee mengatakan, Macron dan Xi membahas isu Hong Kong selama kurang lebih satu setengah jam via telepon, Jumat (5/6).

Elysee telah mengumumkan Macron dan Xi akan berbincang via telepon, Jumat. Namun, tak ada informasi mengenai Hong Kong. Pernyataan dari Istana Kepresidenan Prancis mengumumkan keduanya juga membahas kemungkinan kerja sama menanggulangi pandemi Covid-19.

Macron menekankan Organisasi Kesehatan Dunia punya peran penting menghadapi Covid-19, penyakit menular yang disebabkan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2). Dalam kesempatan berbeda, Pemerintah Amerika Serikat menyalahkan WHO karena tidak tanggap mengendalikan krisis kesehatan akibat Covid-19.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement