Ahad 07 Jun 2020 09:18 WIB

Baru 22 Sembuh Covid Donorkan Plasma untuk Bantu Pasien Lain

Padahal metode plasma convalescent diklaim efektif untuk penyembuhan pasien Covid-19.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Joko Sadewo
Seorang pasien positif COVID-19 yang sudah dinyatakan sembuh mendonorkan plasma darahnya, untuk menyembuhkan pasien COVID-19 yang masih dirawat. (ilustrasi)
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Seorang pasien positif COVID-19 yang sudah dinyatakan sembuh mendonorkan plasma darahnya, untuk menyembuhkan pasien COVID-19 yang masih dirawat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebutkan, data per Jumat, 5 Juni 2020, baru ada 22 orang penyintas Covid-19 di wilayah setempat yang menyatakan kesediaannya mendonorkan plasma convalescent. Padahal, pasien positif Covid-19 yang sembuh di Jatim lebih dari seribuan orang. Metode plasma convalescent diklaim efektif dalam upaya penyembuhan pasien positif Covid-19 dengan kondisi berat.

Khofifah mengungkapkan, 22 orang yang menyatakan kesiapannya mendonorkan plasma convalescent sudah didaftar. Perinciannnya, 20 orang masuk daftar tunggu di RSUD dr Soetomo dan dua sisanya di RS Syaiful Anwar, Malang. “Alhamdulilah sudah terdapat 22 orang yang terkonfirmasi secara bertahap akan mendonorkan plasma darahnya,” kata Khofifah di Surabaya, Ahad (7/6).

Khofifah berharap kelak jumlah pendonor akan makin bertambah. Khofifah pun kembali mengajak masyarakat khususnya yang sembuh dari Covid-19 agar dengan sukarela menjadi pendonor dalam upaya menyelamatkan nyawa sesama. Pasalnya, makin banyak yang bersedia mendonor, harapan kesembuhan pun akan makin meningkat.

"Tentu jika teman-teman mengajak secara continue, insya Allah akan lebih banyak lagi yang dengan sukacita mendonorkan plasma darahnya untuk menolong saudara-saudara yang lain," ujar Khofifah.

Dirut RSUD dr Soetomo sekaligus ketua rumpun kuratif gugus tugas Covid-19 Jatim, Joni Wahyuhadi, membenarkan pihaknya sudah menerima 20 calon pendonor plasma darah untuk membantu pengobatan pasien. Joni menjelaskan, dari 20 calon pendonor tersebut, tidak semuanya bisa langsung diambil plasma darahnya karena harus melalui rangkaian screening terlebih dahulu oleh tim khusus.

“Pengambilannya memang mudah seperti donor darah. Tapi, screening-nya cukup ketat karena harus dilakukan rapid test dan PCR test terlebih dulu dan harus negatif hasilnya. Kemudian, pendonor juga dicek apakah terbebas dari HIV-AIDS, TBC, sipilis, maupun hepatitis, serta tingkat antibodi yang dimiliki minimal sepertiga ratus,” kata dia.

Joni mengaku RSUD dr Soetomo merupakan salah satu dari 10 rumah sakit di Indonesia yang sudah ditunjuk Kemenkes untuk ikut protokol plasma convalescent dalam penanganan pasien Covid-19. “Kami targetkan ada 103 plasma theraphy di Jatim. Namun, saat ini baru dapat 7 orang yang telah menggunakan treatment plasma convalescent,” ujarnya.

Dirut RS Syaiful Anwar sekaligus ketua tim tracing gugus tugas Covid-19 Jatim, dr Kohar Hari Santoso, menambahkan, di rumah sakit yang dipimpinnya, sudah ada pengalaman pasien Covid-19 yang melakukan terapi plasma. Pasien yang diberikan terapi plasma dipastikannya pasien yang memang memiliki gejala klinis berat.

"Di Saiful Anwar sudah ada 2 pendonor dan telah diberikan pada pasien. Pasien ini awalnya pakai alat bantu napas dan setelah diberikan 3 kali (terapi plasma), ternyata alat bantu napas sudah bisa dilepaskan. Pemberian plasma ini memberikan hasil yang baik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement