Jumat 12 Jun 2020 16:25 WIB

SMK 4 Tahun Perlu Dukungan Dunia Kerja

Lulusan SMK selama ini kesulitan mendapat pekerjaan sesuai keahlian.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Ilham Tirta
Sejumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melakukan praktik Program Logic Controller (PLC). (ilustrasi).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Sejumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melakukan praktik Program Logic Controller (PLC). (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) empat tahun dengan ijazah D-1 atau D-2 yang tengah dirancang (Kemendikbud) diharapkan membawa angin segar bagi lulusan SMK. Selama ini, lulusan SMK dirasa masih kesulitan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka.

Wakil Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Palibelo, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Eka Ilham menyambut positif kebijakan tersebut. Namun, ia mengingatkan perlunya ketersediaan lapangan pekerjaan bagi para lulusan SMK nantinya.

Menurut Eka, murid SMK adalah kebanyakan anak-anak yang produktif dan memiliki keahlian. Persoalan yang selama ini dihadapi adalah mendapatkan pekerjaan sesuai keahlian mereka.

"Apa jaminan anak-anak ini setelah mereka keluar dari SMK ini? Dengan program SMK ijazah D-1 dan D-2 ini bisa nggak menjamin anak-anak ini mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka?" kata Eka ketika dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, Jumat ().

Eka mengatakan, Kemendikbud jangan hanya merencanakan kebijakan penambahan waktu sekolah dengan ijazah D-1. Namun, juga harus mempersiapkan kondisi lapangan dan jaminan bahwa Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) dapat merangkul para lulusan SMK.

Menurut dia, akan percuma mengeluarkan banyak program, jika tidak diperkuat jaringan antara SMK dengan pengusaha. Selama ini, pihaknya selalu berusaha menyiapkan siswa-siswinya agar memiliki kemampuan yang cukup menghadapi dunia kerja.

"Di SMK Negeri 1 Palibelo ini, kami mengirimkan setiap tahun taruna taruni kami ke Jepang, dan sudah hampir 10 tahunan banyak siswa kami berangkat ke Jepang, mendapatkan gaji yang laik. Apakah langkah ini bisa dilakukan Kemendikbud dengan program D-1 dan D-2 ini?" kata dia.

Eka menegaskan, tujuan SMK adalah bagaimana anak-anak didik setelah lulus nantinya tidak menganggur.

Siswi SMK Negeri 1 Yogyakarta, Sania juga menyambut baik kebijakan itu. Ia berpandangan, dengan belajar di SMK empat tahun, siswa bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman yang lebih banyak.

"Harapan saya, kalau SMK jadi empat tahun bisa banyak pengalaman dan lebih mendalami pelajarannya sebelum masuk ke dalam dunia kerja," kata Sania pada Republika.co.id, Jumat (12/6).

Hal senada diungkapkan siswa SMK Negeri 1 Purwakarta, Syahrul. Kebijakan itu dinilai bisa menguatkan kompetensi siswa baik dari softskill ataupun hardskill. Sebab, setelah lulus SMK, seseorang akan mendapat pekerjaan tergantung dari softsill dan hardskill yang dimilikinya.

"Soalnya kan ada yang sudah mantap ada yang belum. Mungkin dengan jadi empat tahun, bagi mereka yang belum mendapat passion di bidangnya juga bisa jadi dapat passion," kata dia menjelaskan.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Apindo, Agung Pambudi menilai yang dibutuhkan sekolah vokasi adalah fleksibelitas belajar. Menurut dia, akan baik jika siswa dapat bebas menentukan durasi studinya sesuai kebutuhan bidang keterampilannya.

"Misal kuliah satu tahun terus keluar, lalu kerja dan setelah sekian lama kerja ingin kuliah lagi untuk mendapat kompetensi lanjutan. Dia bisa masuk kuliah lagi. Jadi fleksibel sesuai kebutuhan," kata Agung.

Menurut dia, pembelajaran di sekolah vokasi harus sesuai kebutuhannya. Tantangan mesti dikemas dengan paket kurikulum spesifik yang sesuai kebutuhan untuk satu jabatan atau profesi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement