Ahad 28 Jun 2020 08:09 WIB

Teknologi Deepfake Bantu Pengujian Mobil Otonom

Deepfake mampu menghitung akurasi sistem keamanan mobil otonom.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Mobil Otonom buatan Apple. Ilustrasi
Foto: Google
Mobil Otonom buatan Apple. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Dalam kendaraan otonom, kamera merupakan salah satu instrumen utama. Oleh karena itu, akurasi penafsiran data visual menjadi salah satu hal yang menentukan aksi dari sistem dalam autonomus vehicle (AV).

Dilansir dari Autocar pada Ahad (28/6), sebuah software company dari Inggris saat ini tengah mengembangkan teknologi AV yang menerapkan teknologi deepfake. Dengan teknologi ini, maka perusahaan bernama Oxbotica itu dapat lebih mudah menguji akurasi sistem AV.

Baca Juga

Deepfake merupakan sebuah teknologi manipulasi visual yang juga kerap digunakan dalam pembuatan sebuah film. Oxbotica menerapkan teknologi ini untuk memanipulasi data visual untuk menguji akurasi sistem AV dalam setiap kondisi.

Pengujian ini dibekali dengan sebuah visual utama yang menggambarkan kondisi lalu lintas yang tengah dilalui oleh AV. Kemudian, data visual utama itu dimanipulasi menggunakan teknologi deepfake untuk memastikan bahwa sistem AV dapat membacanya dengan akurat dan menyikapinya dengan aksi yang tepat.

Manipulasi visual yang dilakukan diantaranya adalah dengan mengubah garis marka, mengganti lampu lalu lintas dan rambu-rambu lalu lintas serta menambah objek berupa pengguna jalan lainya. Selain itu, Oxbotica juga memanipulasi data utama menjadi sebuah data visual saat kondisi jalan gelap maupun kondisi saat hujan sedang turun dengan sangat deras.

Co-Founder Oxbotica, Paul Newman mengatakan, pengujian ini merupakan pengujian yang mampu melengkapi tahapan tes lapangan. "Teknologi deepfake membuat kita dapat melakukan pengujian dengan skenario yang sangat beragam. Cara ini juga tentu lebih aman dan efisien. Tetapi, tes lapangan tetap harus dilakukan," kata Paul Newman.

Artinya, penerapaan teknologi deepfake dapat membuat pengujian AV menjadi jauh lebih mudah, aman, akurat dan efisien. Tapi, untuk beberapa kondisi yang krusial, tes lapangan tentu tetap perlu dilakukan untuk memastikan bahwa sistem AV dapat berjalan dengan optimal dalam setiap kondisi mengingat tekonologi ini sangat berkaitan dengan keselamatan di jalan raya.

Teknologi AV sendiri pun sempat memantik Insurance Institute for Highway Safety (IIHS) untuk melakukan studi soal efektivitas AV dalam menekan kecelakaan. Sebagai landasan data, IIHS menyebut bahwa 94 persen kecelakaan di Amerika Serikat (AS) disebabkan oleh kelalaian manusia.

Kemudian, IIHS pun mencoba mengkalkulasi seberapa besar peran teknologi AV dalam mencegah kelalaian manusia tersebut. Studi itu pun menyebut, teknologi AV memiliki peran untuk menekan sekitar 30 persen kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian manusia.

Vice President IIHS, Jessica Cicchino mengatakan, robocars memang dapat menekan kecelakaan yang disebabkan kelalaian manusia karena mampu melakukan reaksi yang lebih cepat dan tidak terpengaruh oleh pengemudi yang mengantuk, mabuk atau kelelahan.

"Tapi, AV hanya dapat menekan sekitar 30 persen karena AV tak selalu memberikan respon secara instan. Selain itu, sensor dalam AV juga tak selalu akurat dalam membaca kondisi aktual yang ada," kata Jessica Cicchino.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement