Rabu 01 Jul 2020 01:47 WIB

Produksi Telur Jabar Baru Penuhi 37 Persen Kebutuhan

Angka kebutuhan telur 498 ribu ton per tahun.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Indira Rezkisari
Peternak mengambil telur ayam negeri. Pengembangan klaster peternak telur perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi telur ayam di Jabar.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Peternak mengambil telur ayam negeri. Pengembangan klaster peternak telur perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi telur ayam di Jabar.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) berencana mengembangkan klaster peternak telur ayam di sejumlah daerah yang memiliki potensi produksi telur. Daerah yang dipilih salah satunya adalah Kabupaten Tasikmalaya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jabar, Jafar Ismail, mengatakan pengembangan klaster peternak telur dilakukan untuk meningkatkan produksi telur ayam di Jabar. Sebab, saat ini produksi telur ayam dari peternak di Jabar baru bisa memenuhi sekira 37 persen dari kebutuhan masyarakat di Tanah Sunda itu.

Baca Juga

"Angka kebutuhan telur kita 498 ribu ton per tahun. Sementara produksi kita baru memenuhi 188 ribu ton," kata dia usai melakukan audiensi dengan para peternak telur di Pendopo Tasikmalaya, Selasa (30/6).

Karena itu, Pemprov Jabar berencana mengembangkan klaster-klaster peternak telur di beberapa wilayah. Sejauh ini, klaster peternak ayam telah dikembangkan di Kabupaten Ciamis. Ia menyebut, saat ini klaster peternak di Kabupaten Ciamis telah memroduksi telur ayam hingga 12 ribu ton per bulan.

Menurut dia, pada tahun ini rencanannya dikembangkan juga klaster peternak ayam di Kabupaten Tasikmalaya. Namun, rencana itu mesti tertunda lantaran anggaran yang ada di dinas mesti dialihkan untuk penanganan Covid-19.

"Karena anggaran digunakan untuk penanganan Covid-19, kita tunda itu jadi 2021. Ini diharapkan bisa mebambah produksi telur di Jabar," kata dia.

Menurut dia, pengembangan klaster peternak tak hanya dilakukan di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Ia menyebut, Pemprov Jabar juga akan mengembangkan klaster serupa di kabupaten lainnya.

Jafar mengatakan, terdapat beberapa penyebab produksi telur ayam di Jabar belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Pertama, harga telur tidak stabil. Akibatnya, modal peternak untuk kembali melakukan produksi jadi terkendala.

"Karena itu, kita bantu stimulus agar mereka tetap bertahan," kata dia.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, banyak pengusaha telur di Priangan Timur mengeluh harga telur yang tidak sesuai harga produksi, baik dari segi pembiayan buruh, pakan, dan obat. Padahal, menurut dia, saat ini harga telur sedang tinggi. Namun, hal itu tak juga membuat ongkos produksi terpenuhi.

"Pemprov akan intervensi terhadap situasi ini. Apalagi kita membutuhkan pengusaha telur di jabar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jabar," kata dia.

Menurut Uu, saat ini baru 37 persen kebutuhan telur masyarakat Jabar yang terpenuhi dari produksi lokal. Untuk memenuhi kekurangannya, para pedagang banyak yang mengambil pasokan telur dari daerah lain. Itu dinilai merugikan ekonomi di Jabar, sebab uang juga berputar ke daerah lain.

"Supaya uang tetap beredar di Jabar, tidak keluar ke daerah lain, maka kita akan penuhi produksi telur untuk masyarakat Jabar," kata dia.

Ia mengatakan, Pemprov Jabar akan memberikan bantuan khusus untuk peternak di Kabupaten Tasikmalaya sebayak 20 ribu pullet atau ayam petelur pada 2021. Selain itu, pihaknya juga akan membantu biaya pakan dan obat-obatan kepada para peternak selama tiga bulan. Diharapkan, dengan bantuan itu, produksi telur dari Jabar bisa terdongkrak.

Namun, Uu mengajak agar para peternak telur membuat sebuah paguyuban, baik dalam bentuk koperasi atau lainnya yang memiliki legalitas, untuk mendapatkan bantuan. Dengan begitu, penyaluran bantuan akan lebih efisien.

"Karena kalau perorangan, akan terlalu banyak. Kalau ada paguyuban ada perwakilannya," kata dia.

Ketua Paguyuban Peternak Ayam Ras Petelur di Kabupaten Tasikmalaya, Ahmad Dadan mengatakan, selama ini para peternak telur skala mikro di Tasikmalaya selalu terkendala masalah modal. Sebab, menurut dia, biaya perawatan untuk ayam petelur itu cukup besar.

"Untuk 1.000 ekor saja harus ada modal Rp 165 juta untuk kebutuhan pakan, kandang, obat, dan lain-lain. Karena itu, kita kalah dengan peternak yang memiliki modal besar," kata dia.

Selain itu, para peternak juga kadang mengalami kerugian ketika harga jual telur sedang murah. Ia mengatakan, para peternak baru bisa memeroleh keuntungan jika harga telur di atas Rp 18.200.

"Kita sebenarnya minta bantuan modal ke pemerintah. Alhamdulillah kita dapat bantuan 20 ribu ekor ayam," kata dia.

Ahmad menyebutkan, produksi telur dari sebanyak 97 peternak yang tergabung dalam paguyubannya pada 2019 mencapai 11 juta kilogram atau sekira 12 ton dalam satu tahun. Dengan adanya bantuan dari Pemprov Jabar, ia optimistis produksi telur dari Kabupaten Tasikmalaya akan semakin meningkat.

"Dengan ada bantuan, kita bisa menambah per hari bisa 2 ton. Itu lumayan, insya Allah akan memenuhi pasar Tasik," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement