Sabtu 18 Jul 2020 04:29 WIB
Genocida

Film Pilu Muslim Srebrenica: Para Wanita yang Menolak Mati

Kisah muslimah Srebrenica yang menolak mati usai keluarganya menjadi korban genocida

Dua wanita Bosnia membacakan doa di Potocari Memorial Center Srebrenica Bosnia Herzegovina di sela peringatan 22 tahun pembantaian ribuan muslim Bosnia oleh tentara Serbia.
Foto: Jasmin Brutus/EPA
Dua wanita Bosnia membacakan doa di Potocari Memorial Center Srebrenica Bosnia Herzegovina di sela peringatan 22 tahun pembantaian ribuan muslim Bosnia oleh tentara Serbia.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Pada Juli 1995, pasukan Serbia Bosnia membunuh sekitar 8.000 pria dan anak lelaki Muslim. Para korban adalah para pemuda, suami, dan saudara lelaki. Pembersihan etis atau genocida ini terjadi  di kota kecil Srebrenica. Kota yang ditempun sekitar tiga jam perjalanan dengan kendaraan darat.

Kota ini memang cukup terpencil. Srebrenica adalah kota yang terletak di Bosnia dan Herzegovina timur. Luas wilayahnya sekitar 572 Km persegi. Jumlah penduduknya pada tagun 2013 mencapai 15.241 jiwa.

Penduduknya berasal dari entitas Republika Srpska. Srebrenica adalah kota pegunungan kecil, dengan industri utama penambangan garam. Selama perang Bosnia kota ini  termasuk paling menderita karena menjadi salah satu ajang.Wali kota kota ini dijabat oleh Osman Suljić.

 

Pembantaian yang terjadi Srebrenica adalah tindakan yang sangat tidak manusiawi. Bahkan paling brutal terjadi di Eropa sesudah perang dunia kedua berakhir. Tragedia pertumpahan darah ini terjadi bersamaan dengan meletusnya  Bosnia dari tahun 1992 hingga 1995. Ini semua efek dari pecahnya sebuah negara komunis yang bernama Yogoslavia. Di masa lalu negara ini dipimpin seorang diktator yang merupakan sahabat dekat Sukarno, Joseph Broz Tito.

Beda dengan tulisan kali ini, mengutip  laman Aljazeera.com dikisahkan dalam sebuah film pendek. Judulnya adalah "Srebrenica: Women Who Refuse to Die' (Srebrenica: Wanita yang Menolak Mati).

Dalam film ini alur ceritanya dibuat dengan mengikuti kisah empat wanita yang kehilangan ayah, saudara laki-laki dan anak laki-laki dalam pembantaian. Di sana gambarkan betapa  mereka berusaha melihat ke masa depan, meskipun mereka kehilangan rasa sakit dan kegelisahan yang luar biasa. Mereka benar-benar tabah dan berusaha memahami masa lalu yang menimpanya.

"Ketika mereka mengambil anak-anak saya pada tahun 1995, sebenarnya mereka juga membunuh saya. Ini bukan kehidupan. Saya berjalan ke sana kemari di dunia ini seperti zombie. Saya hidup, tetapi tidak benar-benar hidup. Istilahnya setengah hidup, setengah mati. Cuma bernyawa," kata Hatidza Mehmedovic dari attivis perempuan korban Srebrenica yang tergabung dalam organisasi 'Mothers of Srebrenica Association'.

"Saya memiliki keluarga saya. Tiba-tiba pada satu hari saya dibiarkan tanpa mereka. Setiap pagi saya bertanya pada diri sendiri mengapa ini terjadi? Untuk alasan apa? Tetapi tidak ada jawaban. Kesalahan anak-anak saya hanyalah nama-nama yang mereka miliki. ... Mereka membunuh semua yang saya miliki, kecuali harga diriku," ujarnya kelu.

Film pendek mengenai 'wanita Srebrenica yang Menolak Mati' adalah kisah tentang wanita yang selamat dari kengerian berdarah itu. Mereka, dalam sisa hidupnya, hanya bisa menemukan diri mereka menghadapi kesedihan karena kehilangan orang yang dicintai. Di samping mencoba bertahan dari kematian, mereka juga berusaha terus mencari cara untuk melanjutkan hidup, dari satu hari ke satu hari lainnya, dari waktu ke waktu.

Film ini diperbarui pada tahun 2015 dan sekali lagi pada bulan Juli 2020 untuk memasukkan kenyataan menyakitkan. Mereka tahu bahwa  pada bulan Juni 2010 lima pejabat Serbia Bosnia dinyatakan bersalah atas kejahatan perang di pengadilan Yugoslavia dan PBB atas pembantaian yang terjadi di Srebrenica pada bulan Juli 1995. Para pria itu berusaha mengajukan menolak dengan melakukan banding, tetapi pada Januari 2015, keyakinan para wanita bahwa mereka harus dikenai hukuman berat tetap kemnbali ditegakkan.

Selanjutnya, para wanita ini dengan merujuk Pengadilan Pengadilan Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY) di Den Haag keadilan juga mereka dapatkan. Pengadilan PBB di Denhaag yang menyelidiki kasus-kasus genosida dan kejahatan perang yang dilakukan selama perang di bekas Yugoslavia menvonis hal yang sama. Pada tahun 2016 dan 2017 itu, pengadilan internasional itu memberikan dua vonis penting terhadap pemimpin Serbia Bosnia Ratko Mladic yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas kejahatannya. Pemimpin tentara Serbia lainnya, Radovan Karadzic juga menerima hukuman 40 tahun.

Dengan melihat film ini ketabahan mereka terlihat. Srebenica, kota sejuk di timut ibu kota Bosnia, Sarajevo, menyimpan duka selamanya. Kuburan massal dan bekas kamp pengungsi dari pabrik pupuk tanaman menyimpan semuanya. Para wanita Srebenica yang menolak mati menjadi saksinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement