Jumat 07 Aug 2020 20:17 WIB

Kota Sidon di Lebanon, Pelabuhan Kuno Bangsa Fenisia

Peninggalan Sidon adalah Kuil Fenisia Eshmun (Eachmoun) dan kastil tentara salib.

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kota Sidon di Lebanon, Pelabuhan Kuno Bangsa Fenisia. Lebanon
Foto: EPA-EFE / WAEL HAMZEH
Kota Sidon di Lebanon, Pelabuhan Kuno Bangsa Fenisia. Lebanon

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perhatian dunia dalam beberapa hari terakhir tertuju pada Beirut, ibu kota Lebanon, usai ledakan besar yang menewaskan ratusan dan melukai ribuan orang. Kota itu kini hancur, terutama kawasan pelabuhan, tempat ledakan berasal.

Kini, selain menyelamatkan warga, Pemerintah Lebanon juga berupaya menggerakkan kembali perekonomiannya. Aktivitas perkapalan, misalnya, mulai dialihkan ke pelabuhan di tiga kota terdekat. Salah satunya Kota Sidon, yang berjarak 40 kilometer di selatan Beirut.

Pemilihan Kota Sidon seakan-akan mengukuhkan kembali nilai historisnya. Sebab, sebagaimana ditulis laman ancient.eu, Sidon adalah pusat perdagangan maritim pada pada masa peradaban kuno Fenisia di kawasan Mediterania. Pada masa itu, Sidon bersama Tirus menjadi dua negara kota paling kuat.

Kejayaan Sidon tak terlepas dari usianya. Kota pelabuhan itu telah dihuni sejak 4.000 tahun sebelum Masehi. Bahkan, The Telegraph memasukkan Sidon dalam jajaran 20 kota tertua di dunia.

Encyclopædia Britannica menyebut, Sidon mencapai puncak kejayaanya pada milenium ke-2 Sebelum Masehi. Kejayaan itu berkat perdagangan maritimnya. Sebab, orang Fenisia dikenal sangat handal membuat kapal dan memiliki kemampuan navigasi untuk mengarungi hamparan Laut Mediterania.

"Sejak milenium ke-3 Sebelum Masehi, para pelaut dari kota Babilon di Fenisia telah mengembangkan kapal yang lambungnya melengkung (sehingga) mampu menghadapi ganasnya laut, dan menggunakannya untuk mengirimkan kargo kayu ke Mesir. Selama berabad-abad berikutnya, Babilon dan negara bagian Fenisia lainnya seperti Sidon, Tyre, Arvad, dan Beirut menciptakan ceruk penting bagi diri mereka sendiri dengan mengirimkan barang-barang mewah dan membawa bahan mentah curah dari pasar luar negeri ke Timur Dekat (Syam)," tulis Sejarawan dan Arkeolog asal Inggris, Richard Miles, sebagaimana dikutip ancient.eu.

Kemakmuran Sidon pada gilirannya membuat kota itu kerap diperebutkan. Silih berganti, tulis Encyclopædia Britannica, kota kuno itu pernah dikuasai oleh Kerajaan Asyur, Babilonia, Persia, Alexander Agung, Seleukia dari Siria, Dinasti Ptolemeus di Mesir, dan Romawi.

Selama Perang Salib (1095 – 1492), Kota Sidon kembali diperebutkan. Kota itu beberapa kali berganti penguasa setelah dihancurkan dan dibangun kembali.  

Pada abad ke-17, Sidon mencapai kejayaanya lagi di bawah kekuasaan Kesultanan Ottoman. Pada abad ke-18, di bawah kekuasaan Prancis, Sidon dikembangkan sebagai pelabuhan untuk Damaskus. Kemegahan Kota Sidon sempat hancur oleh gempa bumi pada 1837 meski kemudian dibangun kembali.

Silih bergantinya penguasa di Sidon telah meninggalkan banyak artefak kuno di sana. Terdapat banyak sarkofagus di sana, dua di antaranya adalah raja Sidon pada periode Fenisia, Eshmunazar dan Tennes. Terdapat pula sarkofagus Alexander yang terkenal, yang menggambarkan adegan pertempuran dan perburuan, meski kini telah berada di Istanbul.

Peninggalan kuno lainnya di Sidon adalah Kuil Fenisia Eshmun (Eachmoun) dan kastil tentara salib.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement