Rabu 12 Aug 2020 04:31 WIB

Begini Rasanya Hidup di Kamp Palestina di Gaza

Hidup di Kamp Palestina di Gaza

Suasana kehidupan di Gazza, Palestina.
Foto: gisha.org
Suasana kehidupan di Gazza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, Mau tahu rasanya hidup sebagai orang Palestina yang terkurung di jalur Gaza. Jawabannya selah satunya ada pada tulisan Abigail Hauslohner mengenai kehidupan di kamp pengungsi Jalur Gaza Khan Younis.

Tulisan yang  dimuat di laman washingtonpost.com dengan judul aslinya ' Life in Gaza Strip refigee camp Khan Yosunis' selengkapnya begini. Tulisan dimuat sudak cukup lama, yakni pada 19 November 2012. Meski begitu kiranya bisa menjelaskan bagaimana perasaan warga Palestina yang hingga hari ini hidup terkurunh di Tepi Barat.

----------

GAZA - Di kamp pengungsi Khan Younis di tengah Jalur Gaza, warga terlihat melakukan bisnis seperti biasa pada Ahad malam. Mereka  berbelanja bahan makanan dan memenuhi kafe pinggir jalan.

Penduduk mengatakan bahwa Khan Younis adalah tempat yang lebih aman saat ini daripada Kota Gaza di utara dan Rafah di selatan. "Tapi  sebenarnya, di Palestina tidak ada yang benar-benar aman di tempat "tertutup" seperti itu," kata Sami Harb, seorang warga kamp sembari menggendong putranya yang berusia tiga tahun bermain di pundaknya.

Pada hari Ahad malam itu, keluarga Harb berkumpul di kegelapan rumah sederhana mereka di kamp Khan Younis. Suasana gelap karena listrik padam. Tapi bayangan akan suara dengungan drone — bahkan di sini, di bagian Gaza yang “sunyi” — terus menerus di atas kepala saya.

Basil Harb adalah seorang dosen universitas. Dia saat itu mengatakan bila  telah mulai menambahkan bangunan baru di rumah keluarganya pada pekan lalu, yakni sebelum serangan udara Israel dimulai.

Namun penambahan tingkat bangunan rumahnya itu terpaksa dibatalkan. Harb memutuskan memutuskan untuk menunda pekerjaan untuk saat ini akan dimulai. “Saya masih perlu merobohkan tembok,” katanya sembari tersenyum.

“Saya kini lagi berpikir bagaimana cara memanggil orang Israel untuk mengirim drone untuk merobohkan tembok itu. Tapi juga bagaimana jika mereka malah mengirim F-16 sebagai gantinya? Bisa-bisa kemudian seluruh rumah akan diratakan?,'' ungkap getir meski dengan nada setengah bercanda.

Saudara Harb, Sami dan ibu mereka yang sudah tua tertawa terbahak-bahak mendengar celotehnya. Meski begitu, suasana malam malah  terasa gelap karena kemudian dia berkata beberapa saat kemudian. "Ya kematian menjadi sangat normal di sini. Perang, setelah perang, setelah perang," katanya getir.

Dia teringat putranya yang berusia empat tahun, Majed, yang sedang bermain di luar hari Sabtu lalu ketika terjadi ledakan di dekatnya dan mengguncang seluruh rumah. Harb berlari keluar untuk memastikan Majed baik-baik saja. Namun dia menemukan anak itu tidak terpengaruh dengan bunyi ledakan. Dia tetap cuek bermain di tanah.

Bagi warga Palestina ini, embicaraan tentang invasi darat kamp Khan Younis memang penuh dengan kekhawatiran. Beberapa melihatnya sebagai hal yang tak terhindarkan, dan yang lain percaya bahwa Hamas cukup kuat untuk mencegahnya kali ini. "Orang-orang mengatakan pasukan Israel takut masuk ke Gaza," katanya.

Bersamaan dengan itu listrik menyala kembali. Harbs  dan keluarganya segera bergegas untuk mengisi daya ponsel mereka. Mereka melangkah ke kerumunan orang yangg datang ke masjid sekitar tempat itu karena saat itu sudah menjelang shalat Isya.

Palestine Lights Out

Dan usai shalat Isya, seorang imam maju ke mimbar. Dia menyampaikan khotbah berapi-api yang dicuplik dari berita lokal. "Pejuang Palestina telah menembak jatuh helikopter Apache Israel di atas Kota Gaza di utara, kata imam itu.

Desas-desus tentang jatuh pesawat Israel telah beredar selama berhari-hari — selalu terbukti salah. Tetapi beberapa menggerutu bahwa sedikit berita ini datang dari saluran televisi Israel 10 — jadi itu pasti benar — dan mereka khawatir hal itu pasti akan mengarah pada invasi darat.

Kota Gaza sebagian besar sepi pada Minggu malam, karena ledakan berkala mengguncang kota dan menerangi langit. Drone bersenandung dan jet tempur Israel meraung di atas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement