Jumat 14 Aug 2020 16:12 WIB

Kerumuman Masa di Hagia Sophia Jadi Kluster Baru Covid-19

Pandemi Covid di Hagia Sophia

 Muslim mengenakan masker dan menjaga jarak sosial shalat Idul Adha di Masjid Hagia Sophia di distrik bersejarah Sultanahmet Istanbul, Turki, Jumat (31/7/2020).
Foto: Pool via AP
Muslim mengenakan masker dan menjaga jarak sosial shalat Idul Adha di Masjid Hagia Sophia di distrik bersejarah Sultanahmet Istanbul, Turki, Jumat (31/7/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Shalat di Hagia Sophia memicu kasus virus korona baru di Turki. Menurut para profesional kesehatan di Turki menyatakan itu karena tindakan pencegahan tidak diikuti secara ketat selama mereka beribadah,.

Seperti diketahui, sekitar 350.000 orang memadati Hagia Sophia pada 24 Juli dan wilayah di sekitarnya setelah tengara pada era Bizantium ini menjadi masjid lagi setelah berfungsi sebagai museum selama beberapa dekade terakhir.

Seperti dikutip Al Arabiya menyatakan setelah peristiwa itu beberapa dari 500 tamu di dalam masjid, termasuk anggota parlemen dan jurnalis, telah didiagnosis dengan penyakit tersebut.  Ini terjadi karena mereka abau pada  pengenaan jarak sosial dan pemakaian masker.

Jumlah kasus COVID-19 harian baru mulai meningkat dan melebihi 1.000 tepat setelah liburan Idul Adha. Keputusan pemerintah untuk menahan angka tentang jumlah pasien dalam perawatan intensif dan mereka yang diintubasi telah meningkatkan kekhawatiran tentang kenyataan virus corona di negara tersebut.

Para profesional kesehatan yang dihubungi oleh Arab News mengatakan pandemi telah memburuk pada bulan lalu, dan pembukaan Hagia Sophia untuk sholat tanpa tindakan pencegahan yang tepat dan tegas adalah alasan untuk lonjakan tersebut.

"Setelah pembukaan Hagia Sophia, kami juga mendengar banyak kasus di antara politisi," kata seorang dokter yang lebih suka tidak disebutkan namanya kepada Arab News. "Tapi itu karena mereka menjalani pemeriksaan rutin setiap tiga hari untuk memastikan mereka sehat."

Dokter, yang bekerja di sebuah rumah sakit di provinsi Anatolia tengah, Sivas, menambahkan: “Jika warga biasa juga mendapatkan tes serupa, angka kasus sebenarnya akan lebih tinggi. Jika keadaan terus seperti ini, tidak akan ada orang di rumah sakit yang tidak terinfeksi. Bahkan mungkin ada kekurangan tenaga medis yang mengundurkan diri dari pekerjaan atau menjadi sakit. ”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement