Senin 31 Aug 2020 23:08 WIB

Berkunjung ke Masjid Essalam Amsterdam

Dua menara setinggi 50 meter berdiri kokoh di sisi kanan dan kiri masjid.

Berkunjung ke Masjid Essalam Amsterdam (ilustrasi).
Foto: bujangmasjid.blogspot.com
Berkunjung ke Masjid Essalam Amsterdam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Ofi Tusiana/Traveler, Tinggal Di Semarang

“Wah, sudah masuk waktu Ashar, nih. Shalat dulu yuk. Dekat sini ada masjid bagus, lho.” Ah ya, betul juga kata rekan saya. Waktu itu sore yang mendung di Rotterdam. Kami baru saja jalan-jalan sore, lebih tepatnya bersepeda sore, mengunjungi Stadion Feyenoord Rotterdam.

Tak jauh dari Feyenoord, Masjid Essalam megah berdiri. Di sanalah kami singgah untuk shalat Ashar sebelum melanjutkan perjalanan pulang kami ke Schiekade, daerah tempat saya menginap selama di Rotterdam.

Melihatnya, saya langsung memikirkan kata anggun bagi sosok masjid yang katanya terbesar di Belanda. Dua menara setinggi 50 meter berdiri kokoh di sisi kanan dan kiri masjid. Dinding masjid dihias dengan batu alam berwarna abu-abu. Jendela dan pintunya dihiasi detail lengkung paduan warna putih dan biru tua.

Kompleks masjid cukup sepi ketika saya masuk. Sempat bingung juga mau masuk lewat mana. Di halaman masjid pasalnya terparkir truk dan alat berat, juga hamparan pasir dan paving block. Rupanya sedang ada renovasi di pelataran masjid.

Saat masuk ke dalam masjid, suasana lengang masih terasa. Lobi masjid yang luas dengan tangga yang melingkar langsung merebut perhatian. Di satu sisi dinding terpasang papan bertuliskan ‘Heren Wassingruimte’ dan ‘Bureau van de Imam’ alias tempat wudhu untuk laki-laki dan ruang untuk imam.

Di sudut lain, bersebelahan dengan lift, terdapat semacam pusat informasi. Dua pria berwajah Timur Tengah dengan ramah lalu menyambut kami. Termasuk menjawab beberapa pertanyaan kami dan menunjukkan tempat berwudhu. Masjid yang pengelolaannya sangat profesional. Bahkan, pusat informasi pun tersedia.

Jamaah perempuan shalat di lantai tiga. Saya naik lift ke lantai itu, sekaligus wudhu di sana. Setibanya di lantai tiga kelihatan kalau bangunan masjid ini belum sepenuhnya rampung. Pipa dan kabel tampak menjulur di beberapa bagian langit yang masih terbuka, belum tertutup plafon. Meski belum sepenuhnya jadi toilet serta tempat wudhunya sungguh bersih dan cantik. Dengan desain modern, keran untuk wudhu dilengkapi tempat duduk atau semacam bangku dari bata dan dilapis keramik.

Memasuki ruang shalat, hamparan karpet bersajadah merah menghiasi lantai. Ruang shalat terpisah antara jamaah laki-laki dan perempuan. Jamaah lelaki shalat di lantai dua. Selesai shalat, saya menyempatkan diri untuk menyelipkan kepingan euro di sebuah kotak amal bertuliskan ‘Sadaka’ di sudut ruangan.

***

Muslim Maroko

Menurut keterangan dari petugas masjid, tempat ibadah dengan empat lantai ini memiliki luas kurang lebih 2.500 meter persegi. Masjid Essalam mampu menampung hingga 3.000 jamaah.

Proses pembangunannya membutuhkan dana 4 juta euro, atau sekitar Rp 48 miliar. Pembangunan Masjid Essalam diprakarsai oleh kaum Muslim Maroko di Rotterdam. Karena itu, gaya arsitekturnya mengadopsi gaya Mamluk dari Afrika Utara.

Masjid Essalam diresmikan pada Jumat, 17 Desember 2010, oleh Ahmed Aboutaleb. Ahmed adalah wali kota Rotterdam. Penasaran karena namanya berbau Islam? Ya betul, Ahmed merupakan seorang Muslim keturunan Maroko. Ia juga Muslim pertama yang menjabat wali kota di Rotterdam.

***

 

Dari Bandara Schiphol Amsterdam, bisa langsung naik kereta menuju Rotterdam. Stasiun kereta berada persis di bawah bandara, sedangkan tiketnya bisa dibeli di mesin tiket atau loket penjualan tiket yang berada di plaza bandara. Tiket kereta kelas dua (alias second class, meski tidak kalah bersih dan bagus) dari Stasiun Schiphol menuju Stasiun Rotterdam Centraal harganya 11 euro. Waktu tempuhnya kurang lebih satu jam. Di Stasiun Rotterdam Centraal, perjalanan dilanjutkan dengan naik trem nomor 25.

Sebelumnya, kita bisa membeli tiket elektronik bernama OV-chipkaart di kios RET di Rotterdam Centraal. Kartu ini bisa diisi ulang. Pemakaiannya adalah dengan cara menempelkan kartu di pemindai yang ada di trem saat naik dan turun, lalu saldonya akan berkurang sesuai dengan tarif perjalanan yang ditempuh. Jika tidak sempat membeli OV-chipkaart di kios RET, penumpang harus membayar 2,5 euro di atas trem.

Untuk menuju Masjid Essalam yang beralamat di Vredesplein 3074 Rotterdam, dari tram 25 turun di halte trem Beijerlandselaan. Dengan lama perjalanan sekitar 16 menit dari Central Station Rotterdam, saldo OV-Chipkaart kita akan terpotong 1,42 euro. Setelah itu, lanjutkan dengan berjalan kaki sekitar lima menit untuk tiba di masjid kebanggaan Muslim Rotterdam.

Soal makanan, tak perlu khawatir. Rotterdam merupakan kota imigran Muslim terbesar di Belanda. Tak sulit untuk mencari makanan halal di sana. Doner kebab khas Turki bisa dicoba. Hanya perlu merogoh kocek 2 euro, segulung doner kebab hangat nan lezat siap disantap.

 

*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Selasa, 20 Nopember 2012

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement