Selasa 20 Oct 2020 18:24 WIB

Kementerian BUMN Tanggung Beban Berat Restrukturisasi

BUMN yang melakukan restrukturisasi yakni Garuda Indonesia, Waskita Karya, Perumnas.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah memberi pukulan berat bagi perusahaan pelat merah. Pasalnya, banyak perusahaan BUMN yang terpaksa harus direstrukturisasi karena mengalami penurunan kinerja selama pandemi berlangsung.

"Dari sisi keuangan, kita melakukan restrukturisasi. Cukup banyak BUMN yang sudah melakukan restrukturisasi keuangan," kata Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wiraatmadja dalam acara Capital Market Summit and Expo (CMSE) 2020, Selasa (20/10).

Baca Juga

Kartika mengatakan, restrukturisasi ini harus dilakukan karena sebagian besar perusahaan BUMN mengalami penurunan pendapatan, salah satunya yaitu Garuda Indonesia. Dengan restrukturisasi ini, Kartika berharap keuangan maskapai pelat merah tersebut bisa kembali sehat usai pandemi.

Selain Garuda Indonesia, BUMN lainnya yang juga melakukan restrukturisasi yaitu Waskita Karya dan Perumnas. Menurut Kartika, kedua perusahaan tersebut mengalami penurunan pendapatan yang signifikan baik dari sisi konstruksi maupun penjualan properti.

Di sisi lain, sejumlah perusahaan pelat merah yang direstrukturisasi memiliki beban keuangan yang cukup tinggi. "Dari sisi pembayaran utang bebannya cukup tinggi, untuk itu perlu restrukturisasi," terang Kartika.

Kartika mengatakan, permasalahan restrukturisasi ini akan menjadi fokus Kementerian BUMN dalam beberapa tahun mendatang. Ke depan, menurutnya, kondisi tersebut akan cukup berat karena banyak perusahaan berada dalam kondisi ekspansif. Di sisi lain, sumber pendapatannya terdampak signifikan karena perlambatan ekonomi.

"Tentunya satu dua tahun ini fokus kami untuk menyelesaikan ini akan cukup berat karena memang cukup banyak perusahaan yang dalam kondisi ekspansif dan sedang dalam kondisi leverage yang tinggi," tutur Kartika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement