Senin 02 Nov 2020 13:46 WIB

Eks Presiden Prancis: Jangan Samakan Muslim dengan Teroris

Ucapan simpati dan rasional disampaikan eks Presiden Prancis Francois Hollande

Rep: Christianingsih/ Red: Elba Damhuri
Polisi Prancis berjaga di dekat Gereja Notre Dame di Nice, selatan Prancis, Kamis, 29 Oktober. Presiden Prancis Emmanuel Macron menambah hingga 7.000 tentara untuk berjaga usai serangan pisau yang menewasakn tiga orang, Kamis.
Foto: Eric Gaillard/Pool via AP
Polisi Prancis berjaga di dekat Gereja Notre Dame di Nice, selatan Prancis, Kamis, 29 Oktober. Presiden Prancis Emmanuel Macron menambah hingga 7.000 tentara untuk berjaga usai serangan pisau yang menewasakn tiga orang, Kamis.

IHRAM.CO.ID, PARIS -- Sebuah ucapan simpati dan rasional disampaikan mantan Presiden Prancis Francois Hollande soal Islam dan teroris. Pada prinsipnya, tak ada agama yang menjadikan umatnya teroris kecuali teroris itu yang menghancurkan umat antar-agama.

Karena itu Hollande menegaskan umat Islam tidak boleh disamakan dengan para teroris. "Para teroris Islamis ini ingin menciptakan perang antaragama," Hollande menegaskan saat menanggapi serangan pisau mematikan di kota Nice, Prancis, beberapa waktu lalu, yang menewaskan tiga orang.

Baca Juga

Menyamakan antara teroris penyerang ini dengan Muslim, kata Hollande, akan menjadi kesalahan yang akan menjerumuskan umat antar-agama jatuh ke dalam konflik yang tidak diharapkan. 

Hollande menyoroti serangkaian serangan yang terjadi pada Kamis di kota-kota Prancis Nice, Avignon dan Lyon, dan Konsulat Prancis di Jeddah, Arab Saudi.

Serangan Nice dilakukan oleh Brahim Aouissaoui, seorang pria kelahiran Tunisia, yang menikam dua wanita dan satu pria di Basilika Notre Dame de l'Assumption di Nice.

Salah satu wanita itu tewas setelah digorok di tenggorokannya. Polisi menangkap Aouissaoui pagi itu, dia kini dirawat di rumah sakit dengan luka tembak.

Jaksa anti-terorisme Jean-Francois Ricard mengatakan kepada harian Le Monde setelah serangan itu bahwa Aouissaoui memiliki senjata pembunuhan - pisau dengan bilah 17 cm - bersama dua pisau lainnya yang ditemukan di dalam tas di dalam basilika.

Aouissaoui, 21, mendarat di pulau Lampedusa Italia pada 20 September sebelum tiba di daratan Italia di Bari pada 9 Oktober, dan kemudian melintasi perbatasan untuk masuk ke Prancis.

Dokumentasi dari Palang Merah Prancis membantu mengungkap fakta tentang pergerakan tersangka, karena dia tidak diketahui oleh aparat sebelum hari Kamis.

Orang kedua ditangkap pada Kamis malam terkait serangan itu. Pria 47 tahun itu sekarang dalam tahanan polisi, dan dia berinteraksi dengan Aouissaoui pada Rabu menjelang serangan tersebut.

Menteri Dalam Negeri Gerard Darmanin pada Jumat sore mengumumkan penambahan 3.500 pasukan keamanan cadangan dan 3.500 polisi tambahan di negara itu untuk menangani peningkatan kekerasan.

Setidaknya 120 petugas polisi tambahan akan dikerahkan di Nice untuk menjaga keamanan. "Ancaman ada di mana-mana," kata Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian pada konferensi pers hari Jumat.

Perdana Menteri Jean Castex meningkatkan kewaspadaan terorisme ke tingkat tertinggi di negara itu setelah serangan tersebut.

BACA JUGA: Akhirnya, Macron Klarifikasi Ucapannya yang Singgung Islam

Sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/mantan-presiden-prancis-muslim-tak-boleh-disamakan-dengan-teroris/2025637

 

sumber : Anadolu/Republika.co.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement