Rabu 11 Nov 2020 08:34 WIB

Kepahlawanan Perawat dan Sopir Ambulance, Ika Dwi Maharini

Sosok Ika Di Maharani pahlawan dari generasi milenial

Kerja dan jasa awal mobil ambulance di tengah pandemi Covid-19. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kerja dan jasa awal mobil ambulance di tengah pandemi Covid-19. (Ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pahlawan tak mesti sosok yang terlibat dalam perang. Pahlawan yang arti sebenarnya 'sosok yang banyak memberi pahala' ada dan hidup dalam keseharian.

Selain it, pahlawan juga tak pandang jenis kelamin hingga profesi. Semua bisa jadi pahlawan, sehingga pahlawan tak bisa dimonopoli, misanya  hanya mereka yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan di sekitar tahun 1945 atau peristiwa politik yang lain. Pahlawan juga berasal dari sosok orang sederhana.

Kisah kepahlawanan yang juga heroik ini terjadi dalam generasi masa milenial. Meski ada tokoh politik yang 'pejoratif' terhadap peran genarasi muda ini. ternyata itu dibantah dengan telak pada  diri Ika Dewi Maharani. Dia adalah seorang perawat yang kini menjadi sopir ambulance di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC). Di masa ganasnya pandemi Covid-19, Ika mengikuti panggilan hatinya untuk menolong pasien yang terpapar penyakit ini.

"Saya sendiri tidak menyangka, saya sebagai perawat evakuasi pasien tapi juga sebagai driver. Menurut saya ini tantangan," kata Ika dalam acara Pahlawan Milenial Melawan Covid-19 secara live streaming di Youtube BNPB, Selasa (10/11).

Ika mengaku, awalnya tidak mendapatkan restu dari keluarga, terutama ibunya apabila harus bersentuhan langsung dengan pasien Covid-19. Tapi Ika tidak lantas menyerah, ia berusaha memberikan pengertian kepada ibunya bahwa sudah tugasnya sebagai perawat untuk merawat pasien dan sebagai perawat haram hukumnya memilah-milah pasien.

Hingga akhirnya, ibunya memberikan restu dan tentunya restu itu tidak pernah ia sepelekan. Ika selalu memberikan kabar keluarganya, dengan begitu keluarganya mengetahui bahwa anak perempuanya sehat dan baik-baik saja.

Ika Dewi Maharani

Keterangan foto: Ika Dewi Maharani.

Ika berasal dari Maluku Utara dan mengenyam pendidikan di Surabaya. Ia mulai bekerja sejak pukul 09.00 WIB dan berakhir pukul 00.00 WIB. Minimal, Ika mengantarkan enam hingga delapan pasien Covid-19 setiap harinya.

Hal yang kerap kali membuat ia kesal ketika membawa mobil ambulans adalah kemacetan dan egosentris pengguna jalan. Sirine ambulans dan klakson, nampaknya tidak lagi didengar oleh para pengguna jalan. 

"Jalanan Jakarta itu macet, kita enggak dikasih jalan, sudah di klakson-klakson, udah pasang sirine, ya sudah pasrah orang-orang enggak mau kasih jalan, kita juga enggak mungkin membawa pasien keluar di tengah kemacetan," ceritanya.

Usai mengantarkan pasien ke rumah sakit atau wisma atlet, ambulans yang dibawanya harus segera didekontaminasi. Ika juga harus melepas hazmatnya dan segera mandi dan harus keramas. Setelah itu ia kembali bersiap memakai hazmet atau APD baru untuk menjemput pasien Covid-19 selanjutnya.

"Hazmat hanya sekali pakai, kalau sehari tiga kali hazmat ya tiga kali keramas juga. Semoga Covid-19 ini cepat berakhir," harapnya yang sudah menahan rindu kepada anaknya yang jauh di Ternate.

Apa yang dilakukan Ika jelas harus mendapat apresiasi sangat tinggi. Di tengah meluasnya pandemi tenaga medis muda seperti dia memang menjadi sosok Pahlawan Baru Indonesia yang tanpa lencana dan pengakuan penghormatan formis.

Dalam hal ini Ika sudah menembus batas ketakutakan para para pemdis yang berjuang di garis paling depan dalam penanganan pasian Covid-10. Bayangkan jumah jumlah tenaga medis di Tanah Air yang meninggal dunia hingga data terakhir kemarin kembali bertambah. Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengumumkan lebih dari 200 tenaga medis terdiri dari dokter dan perawat gugur akibat Covid-19.

Ketua Tim Mitigasi IDI Adib Khumaidi mengatakan, sejak Maret hingga November ini, terdapat total 282 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid-19.

"Rinciannya terdiri dari 159 dokter, sembilan dokter gigi, dan 114 perawat," ujar Adib saat dihubungi Republika, Selasa (10/11).

Ia memperinci, dokter yang wafat tersebut terdiri dari 84 dokter umum, 73 dokter spesialis, serta 2 residen yang berasal dari 20 IDI Wilayah (provinsi) dan 71 IDI Cabang (kota/kabupaten). Adib memaparkan, menurut data provinsi, jumlah kematian dokter tercatat paling banyak terjadi di Jawa Timur (36 dokter).

Kemudian disusul DKI Jakarta (26 dokter), Sumatera Utara (24 dokter), Jawa Barat (12 dokter), Jawa Tengah (11 dokter), Sulawesi Selatan (tujuh dokter), Banten (enam dokter), Bali (lima dokter), dan Kalimantan Timur (lima dokter). Kemudian Aceh (lima dokter), Riau (empat dokter), Kalimantan Selatan (empat dokter), Sumatera Selatan (tiga dokter), Kepulauan Riau (tiga dokter), DI Yogyakarta (dua dokter), Nusa Tenggara Barat (dua dokter), Sulawesi Utara (dua dokter), Papua Barat (satu dokter), Sumatera Barat (satu dokter), Bengkulu (satu dokter), dan masih ada satu dokter menunggu verifikasi.

"Dalam situasi pandemi saat ini, para petugas medis dan kesehatan adalah pahlawan dalam arti sebenarnya. Mereka berani dan kuat pada saat ketakutan," kata Adib.

Adib menambahkan, para tenaga medis ini muncul setiap hari untuk melawan virus corona, bahkan sering kali dengan membahayakan kesehatan mereka dan keluarga mereka. Bahkan tidak sedikit yang kehilangan nyawa. Oleh karena itu, paling tidak yang bisa masyarakat lakukan adalah mematuhi protokol kesehatan dan memberikan dukungan moral dan mental.

Hal itu diharapkan bisa membantu mereka melewati krisis saat ini dan seterusnya. Pihaknya juga berharap, pemerintah turut mengapresiasi pengorbanan setiap tenaga medis dan kesehatan yang terlibat dalam penanganan Covid-19 ini dengan memberikan jaminan kesehatan dan kesejahteraan dari negara.

"Baik kepada tenaga medis dan kesehatan yang masih menjalankan tugasnya, maupun yang sedang dirawat, dan juga yang sudah wafat," katanya.

Dia menambahkan, apresiasi dari pemerintah dan masyarakat merupakan booster dan vitamin untuk meningkatkan ketahanan mental para tenaga medis dan petugas kesehatan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement