Jumat 20 Nov 2020 19:41 WIB

Semangat Gotong Royong Dibutuhkan untuk Atasi Pandemi

Butuh gotong royong untuk atasi pandemi.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Muhammad Hafil
Semangat Gotong Royong Dibutuhkan untuk Atasi Pandemi. Foto: Wakil Presiden Maruf Amin saat acara peluncuran Buku Pandemi Corona: Virus Deglobalisasi, Masa Depan Perekonomian Global dan Nasional melalui video conference dari kediaman resmi Wapres, Jakarta, Senin (13/7).
Foto: Dok. KIP/Setwapres
Semangat Gotong Royong Dibutuhkan untuk Atasi Pandemi. Foto: Wakil Presiden Maruf Amin saat acara peluncuran Buku Pandemi Corona: Virus Deglobalisasi, Masa Depan Perekonomian Global dan Nasional melalui video conference dari kediaman resmi Wapres, Jakarta, Senin (13/7).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai perlunya semangat gotong royong dan kerja sama berbagai pihak dalam mengatasi pandemi Covid-19. Sebab, pandemi telah menimbulkan dampak multi sektoral kepada masyarakat, baik kesehatan, pendidikan, dan sosial ekonomi.

"Momentum covid -19 ini harus kita jadikan spirit kebangkitan untuk bersama-sama bergotong royong agar negara kita segera mampu mengatasi musibah pandemi ini," ujar Ma'ruf pada peresmian pembukaan Rapat Pimpinan Nasional Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) secara daring, Jumat (20/10).

Baca Juga

Karena itu, ia berharap melalui forum ini, IPNU dapat hadir dan aktif terlibat baik secara fisik atau pemikiran untuk membangkitkan bangsa dari kondisi pandemi Covid-19. Apalagi, sebagai organisasi pelajar yang tersebar luas di seluruh Indonesia, IPNU harus berperan aktif menjadi lokomotif perubahan.

“Karena itu kita NU (Nahdlatul Ulama) harus tidak hanya menjaga tradisi, melakukan tranfsormasi, tetapi juga harus melakukan inovasi perbaikan-perbaikan, perubahan-perubahan," kata Ma'ruf.

Wapres menegaskan, IPNU juga dituntut untuk turut berperan serta memajukan bangsa melalui sektor pendidikan. Khususnya di era revolusi industri 4.0 ini dimana perkembangan media sosial dan derasnya arus informasi digital kerap menyebabkan terjadinya kaburnya fakta dan opini, atau yang disebut dengan era post truth (pasca kebenaran).

Untuk itu, IPNU diharapkan dapat menciptakan kader-kader yang ‘melek’ teknologi yang dapat meminimalisir penyebaran hoax di masyarakat.

“Saya berharap di era post truth ini IPNU bisa menjadi pemberi informasi positif di dunia media sosial sebagai upaya menangkal konten-konten negatif berupa ujaran kebencian, hoax dan juga fitnah dari pihak-pihak yang jelas dan nyata menanamkan ajaran yang menyimpang kepada generasi muda Indonesia," katanya.

"Dengan kata lain, hendaklah kader-kader IPNU menjadi subyek yang positif, bukan menjadi obyek pihak-pihak lain dalam bermedia sosial,” kata Ma'ruf.

Ia menilai dengan langkah-langkah seperti itu, IPNU setidaknya ikut dalam gerakan anak muda yang aktif meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia.

"Membangun literasi dengan cara membiasakan diri untuk mengecek fakta untuk tabayyun dari sebuah informasi, berarti kita telah memberi pelajaran yang bermanfaat, tidak mudah mempercayai informasi hoaks maupun berita palsu,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement