Selasa 01 Dec 2020 09:10 WIB

Kisah Mualaf: Martin Sempat Anggap Islam Ajaran Aneh

Martin merupakan orang Inggris berkulit putih keturunan Irlandia,

Rep: Rossi Handayani/ Red: Elba Damhuri
Mualaf/Ilustrasi
Foto: republika/m
Mualaf/Ilustrasi

IHRAM.CO.ID, LONDON -- Pria asal Leeds, Inggris, Martin, menjadi mualaf pada 2000 lalu saat dirinya berusia 29 tahun. Sebelumnya, ia menganggap Islam sebagai agama yang aneh.

"Saya awalnya enggan melakukan ini (mualaf) karena Islam sangat aneh bagi saya. Namun, saya mulai bertemu dengan Muslim dan belajar lebih banyak tentang agama," kata Martin dilansir dari laman Leeds New Muslims, Kamis (11/6).

Martin merupakan orang Inggris berkulit putih keturunan Irlandia, dan ia dilahirkan dalam keluarga Katolik. Martin menjadi anak lelaki altar untuk beberapa waktu dan ayahnya ingin menjadi seorang pastor.

Pada masa itu, Martin tidak mengetahui apa-apa tentang Islam. Ia bahkan tidak bisa membedakan antara Muslim, Hindu, dan Sikh. 

Martin mengungkapkan, sebelumnya ia hanya orang biasa yang menjalani kehidupan normal. Ia senang bersosialisasi dengan teman-teman, menonton sepak bola, dan bertemu orang-orang. Namun kemudian ia bertemu dengan seorang wanita Muslim keturunan Prancis dan Maroko.

Dia berada di Inggris dengan penempatan kerja, sebagai bagian dari program kuliah yang dia ikuti. Dia tinggal bersama orang tua Martin sebagai keluarga angkat agar ia dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya.

"Kami saling tertarik dan mulai menjalin hubungan. Tetapi segera setelah itu, dia memberi tahu saya bahwa kami hanya bisa bersama melalui pernikahan. Dan karenanya, saya harus masuk Islam," kata Martin.

Akhirnya Martin pun memutuskan mempelajari islam. Ia bertemu dengan orang-orang Muslim, namun itu bukan pengalaman yang baik baginya.

Martin menginginkan seseorang yang bisa mengajari dirinya dasar-dasar agama. Kemudian dengan penyampaian dalam bahasa Inggris yang jelas dan dengan cara yang mudah dimengerti.

Namun, semua Muslim yang ia temukan menggunakan bahasa Arab atau Urdu. Selain itu, mereka sangat terikat dengan budaya aslinya dalam hal pakaian dan tingkah laku.

"Tidak ada yang dapat saya lihat di dalamnya yang membuat saya merasa saya bisa menjadi seorang Muslim. Bagaimanapun, saya memutuskan jika saya benar-benar ingin belajar tentang Islam, saya harus belajar sendiri. Jadi saya mulai membaca buku demi buku," ucap Martin.

Martin mengaku terkejut menemukan Islam berbagi garis keturunannya dengan agama Kristen dan Yahudi, dan semua yang ia baca selaras dengan jiwanya. Dan setelah berbulan-bulan belajar, Martin merasa yakin Islam merupakan agama yang benar dari Tuhan dan ia siap bertaubat.

Martin pun memutuskan bersyahadat sendirian dengan Allah Subhanahu wa taala dan Malaikat-Nya sebagai saksinya. Setelah itu, ia menganggap dirinya seorang Muslim.

Beberapa waktu kemudian, Martin mendaftarkan diri ke beberapa kelas paruh waktu Islam di universitas. Gurunya juga merupakan seorang mualaf dan begitu juga beberapa siswa lainnya. Akhirnya, Martin bertemu orang-orang yang sehubungan dengannya dan saat itulah praktik Islam benar-benar dimulai oleh Martin.

"Sebagai seorang manusia, saya memang berdialog dengan Tuhan, tetapi entah bagaimana terhenti. Islam menyalakan kembali dialog itu, menghubungkan kembali saya dengan-Nya dan menghapus perantara apa pun dalam hubungan kami," kata Martin.

Martin memberikan nasihat bagi orang yang ingin mencari tahu tentang islam. Mereka harus menggunakan waktu, dan meminta petunjuk kepada Allah Subhanahu wa taala. Islam memiliki semua jawaban atas segala pertanyaan.

Martin menambahkan, bagi mereka yang baru pindah agama menjadi Muslim, diharapkan tetap berpenampilan dengan baik. Hal ini karena mereka merupakan wakil dari Islam.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement