Jumat 08 Jan 2021 05:50 WIB

Ikadi: Disiplin Prokes Bagian dari Perintah Agama

Disiplin prokes dinilai Ikadi bagian dari perintah agama.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
  Ikadi: Disiplin Prokes Bagian dari Perintah Agama. Foto: Ilustrasi Jamaah haji dan umroh pakai masker di masa pandemi covid-19
Foto: Republika
Ikadi: Disiplin Prokes Bagian dari Perintah Agama. Foto: Ilustrasi Jamaah haji dan umroh pakai masker di masa pandemi covid-19

IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Ikatan Dai Seluruh Indonesia (Ikadi) Ustaz Ahmad Satori menegaskan, disiplin protokol kesehatan (prokes) merupakan perintah agama dalam kondisi seperti sekarang. Untuk itu dia mengimbau agar seluruh umat Islam tidak abai terhadap prokes.

“Dalam menghadapi musibah, kita diperintahkan berikhtiar lalu berdoa. Dalam ikhtiar itulah salah satu poinnya adalah prokes, maka menjalankannya sama saja menjalankan perintah agama,” kata Ustaz Ahmad Satori saat dihubungi Republika, Kamis (7/1).

Baca Juga

Dia menjelaskan bahwa dalam memaknai musibah hadirnya Covid-19, umat perlu mengingat kembali makna musibah itu sendiri. Dalam Islam, musibah diturunkan Allah berkaitan dengan ketentuan-Nya yang telah tertulis di lauhul mahfuz, musibah dapat dijadikan ajang untuk memaksimalkan ibadah agar jiwa tenang, dan musibah dapat dijadikan upaya untuk bertawakal setelah berikhtiar untuk naik kelas.

Untuk itu pihaknya menekankan, panjangnya masa pandemi Covid-19 diharapkan tidak membuat umat jenuh dalam menjalani prokes. Sebab pelonggaran terhadap prokes sejatinya dapat mengancam jiwa sendiri, orang lain, dan kerugian yang besar berjangka panjang.

“Maka di sini kalau kita berusaha untuk membuat diri sendiri dan orang lain sehat, maka ini juga dalam rangka ibadah,” ujarnya.

Di sisi lain pihaknya menegaskan kembali bahwa sikap tolong-menolong dalam situasi Covid-19 harus terus diperhatikan. Misalnya apabila ada salah satu tetangga yang terpapar dan harus menjalani isolasi mandiri, kata dia, maka sebaiknya masyarakat di sekitar dapat membantu memberikan kebutuhan sehari-harinya.

“Di komplek rumah saya ada yang diisolasi, kami (tetangga) bergantian memberikan makan dan kebutuhannya. (Makanan) digantung di pintu rumahnya, ini sikap ta’awun (tolong-menolong),” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement