Senin 22 Feb 2021 03:52 WIB

Filantopi Islam Masih Harus Optimalisasi Potensi

Saat ini banyak institusi pendidikan yang berkembang melalui filantropi Islam.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Filantopi Islam Masih Harus Optimalisasi Potensi. Filantropi Islam (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Filantopi Islam Masih Harus Optimalisasi Potensi. Filantropi Islam (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Pakar zakat dari IPB University, Dr Irfan Syauqi Beik mengatakan lembaga filantropi Islam di Indonesia memiliki banyak peranan yang telah dirasakan oleh masyarakat Indonesia. 

Kontribusinya yang terasa nyata diantaranya terdapat dalam lima ranah. Pertama di bidang dakwah. "Lembaga filantropi Islam baik itu lembaga zakat maupun wakaf telah mengambangkan dakwah yang menyasar sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia baik itu di perkotaan, pedesaan maupun pedalaman,"ujar dia kepada Republika, Ahad (21/2).

Kedua, ranah pendidikan, saat ini banyak institusi pendidikan yang berkembang melalui filantropi Islam. Baznas misalnya memliki sekolah cendekia, demikian juga dengan lembaga lain yang memiliki banyak sekolah, madrasah dan pesantren. 

Lembaga pendidikan besutan filantropi Islam ini bersumber dari wakaf. Mereka pun banyak memberikan akses beasiswa baik mulai jenjanh pendidikan dasar dan menengah maupum pendidikan tinggi. 

Ranah ketiga, sosial kemanusiaan. Lembaga filantropi ini telah melakukan banyak hal misalnya pembinaan kaum dhuafa, membuka akses kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan papan. 

Keempat, bidang kesehatan, misalnya  badan wakaf Indonesia bersama dengan Dompet Dhuafa telah mengelola rumah sakit mata Ahmad Wardi. Rumah sakit ini telah memberikan manfaat kepada 46 ribu pasien untuk rawat jalan dan tiga ribu pasien untuk operasi mata secara gratis. 

Ranah kelima adalah bidang ekonomi. Banyak model pemberdayaan zakat dan wakaf produktif untuk pemberdayaan komunitas.

"Meski demikian harus diakui antara potensi dan realisasi masih terdapat kesenjangan. Lembaga filantrop Islam perlu melakukan optimalisasi potensi diantaranya belum maksimalnya optimalisasi poyensi zakat sebesar Rp 233 triliun dan potensi wakaf uang senilai Rp 180 triliun,"jelas dia.

Potensi tersebut belum tergarap maksimal sehingga lembaga filantropi harus terus menerus meningkatkan kualitas kelembagaan dan sumber daya manusia. Sehingga peran mereka dapat signifikan. 

Kedua mereka masih perlu melakukan advokasi kebijakan sehingga kebijakan yang ada dapat semakin mendukung perkembangan filantropi Islam di Indonesia. Lembaga filantropi juga perlu memperkuat peran edukasi dan literasi. Karena kedua hal tersebut merupakan dasar dalam membentuk persepsi tingkat kesadaran publik. 

Sehingga ujuan edukasi dan literasi untuk mengembangkan sifat dan sikap kedermawanan dapat tercapai baik itu zakat yang wajib maupun infak, sedekah dan wakaf yang sunnah.  Hal lain yang juga penting adalah berkolaborasi dengan lembaga filantropi baik di dalam dan luar negeri. 

"Hidup di era kompetisi harus melakukan kolaborasi yang dapat diartikan dengan sinergi. Bukan persaingan untuk melemahkan,"ujar dia.

Di masa kini, kebutuhan umat sangat banyak sehingga perlu adanya konsolidasi hingga tingkat global. Misalnya dunia perzakatan berkolaborasi dengan World Zakat Forum.

Tahun ini Filantropi Islam di Indonesia mengembangkan kolaborasi untuk wakaf. Kedepannya akan terbentuk world zakat and wakaf forum.  Irfan mengakui Indonesia tidak bisa sendiri untuk masalah keumatan apalagi dalam mengdapai resesi global.

Dia berharap dengan adanya kolaborasi ini dapat merumuskan optimalisasi sektor filantropi Islam.   Lembaga asing dan lembaga di Indoneska perlu bahu membahu untuk meningkatkan sistem filantropi global yang baik.

Dengan demikian lembaga filantropi Islam Indonesia dapat mewujudkan lembaga yang akuntabel dan bebas dari tudingan. Karena selama inj banyak tudingan filantropi Islam digunakan sebagai pembiayaan terorisme.

Padahal filantropi Indonesia tidak pernah dan tidak akan melakukan pembiayaan kejahatan trans nasional baik itu terorisme global maupun pencucian uang, termasuk kejahatan perdagangan manusia. 

Meski masih perlu optimalisasi, lembaga filantropi Islam di Indonesia memiliki keunggulan yang berbeda dibandingkan lembaga asing. Hal ini berakar dari historis bangsa. 

Sejak jaman penjajahan, masyarakat secara sukarela telah bergotong royong untuk mewakafkan hartanya untuk umat. Salah satunya pesantren yang usianya lebih dari usia Indonesia. Sehingga lembaga filantropi Indonesia lebih kuat terutama saat menghadapi situasi yang mendesak dan dalam tekanan.

Sedangkan filantropi asing khususnya negara Islam biasanya diakomodasi oleh negara begitu juga dengan pengelolaannya. Sedangkan filantropi asing di negara minoritas muslim akarnya hanya daei penggiat dakwah semata. 

Selain itu filantropi Islam di Indonesia memiliki keunggulan inovasi ilmu pengetahuan. "Kami menciptakan banyak teori yang bermanfaat untuk lembaga filantropi. Sehingga efektifitas penyaluran bantuan dapat terasa, misalnya indeks zakat nasional yang pertama dimiliki di Indonesia," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement