Rabu 24 Feb 2021 12:32 WIB

Tinggal di Samping Al-Aqsa, Persekusi Bisa Terjadi Bertubi

Warga Palestina di Al Aqsa mendapatkan berbagai persekusi Israel yang diterima

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang berdoa di Bukit Zaitun, menghadap ke Masjid Kubah Batu salah satu kompleks Masjid Al Aqsa
Foto: AP/Mahmoud Illean
Orang-orang berdoa di Bukit Zaitun, menghadap ke Masjid Kubah Batu salah satu kompleks Masjid Al Aqsa

IHRAM.CO.ID, YERUSALEM -- Mohammed Bashiti adalah salah seorang warga Palestina yang memiliki keberuntungan yang besar karena rumahnya hanya berjarak satu meter dari Masjid Al-Aqsa. Namun keberuntungan itu harus dibayar mahal dengan berbagai persekusi Israel yang diterimanya beserta seluruh keluarganya.

Mohammed menjelaskan keluarganya memiliki properti di lingkungan al-Sharaf, yang telah di bawah kendali Israel sejak penjajahan di Yerusalem Timur pada tahun 1967. Namun kesempatan tinggal di dekat masjid suci itu tidak bisa dinikmatinya karena anak-anak Mohammed berkali-kali ditangkap Israel.

"Masa kecil mereka ditandai dengan penggerebekan, penyerangan, penangkapan, pemukulan, penyiksaan, pemisahan, dan tahanan rumah," kata Mohammed Bashiti dilansir dari Middle East Eye, Sabtu (20/2).

Tiga anaknya, Hisham, Hatim dan Abdul-Rahman telah menghabiskan sebagian besar waktu mereka di penjara Israel, pusat interogasi, atau di bawah penahanan dan tahanan rumah. Hal ini karena sejak 1980-an, keluarga Mohammed telah menerima tawaran menggiurkan dari Israel untuk rumah mereka. Tetapi karena keluarga itu mempertahankan properti itu, menolak untuk menjual, otoritas Israel telah berusaha menekan mereka.

Putra tertua Mohammed, Hisham yang berusia 20 tahun, telah dipenjara sejak Oktober lalu atas tuduhan melemparkan bom molotov ke pasukan pendudukan di Kota Isawiya, dekat Yerusalem. Anak kedua, Hatim yang berusia tujuh belas tahun adalah yang paling beruntung di antara saudara-saudaranya karena ia dapat bergabung kembali dengan sekolah tahun ini dan mempersiapkan Ujian Umum.

Putra ketiga, Abdul-Rahman, seorang bocah laki-laki berusia 16 tahun yang menderita diabetes sejak ia berusia empat tahun, baru-baru ini secara paksa dipindahkan dari rumahnya di Yerusalem dengan dakwaan yang tidak jelas. Saat ini dia sedang menjalani tahanan rumah wajib di kota Shuafat, sebelah utara Yerusalem.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement