Kamis 04 Mar 2021 12:15 WIB

Pakar Ungkap Efek Munculnya Mutasi Covid-19 di Indonesia

Mutasi Covid-19 harus selalu diamati kemungkinan dampaknya seperti apa.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto
Tjandra Yoga Aditama
Foto: Antara
Tjandra Yoga Aditama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama memantau mutasi Covid-19 B.1.1.7 dilaporkan dari daerah Karawang pada 2 Maret 2021. Mutasi jenis ini bermula dari Inggris.

Tjandra menyampaikan, mutasi Covid-19 harus selalu diamati kemungkinan dampaknya seperti pada mutasi B.1.1.7 dari Inggris. Pertama adalah dampaknya pada diagnosis. 

"Walaupun ada perubahan pada antena/spike virus akibat mutasi, tetapi PCR masih tetap berfungi baik," kata Tjandra dalam keterangan pers yang diterima Republika, Rabu (3/3).

Tjandra menyebut, mutasi Covid-19 juga berpengaruh pada penularan. Apalagi, sudah terbukti mutasi B.1.1.7 lebih mudah menular dibandingkan dengan versi lama. 

"Sebagian data menyebutkan penularannya dapat sampai 30 persen - 50 persen lebih sering," ujar Mantan Direktur WHO SEARO itu.

Berikutnya, Tjandra menyoroti pengaruh mutasi pada berat ringannya penyakit. Dia mendapati, memang ada yang mengatakan belum cukup bukti bahwa mutasi ini akan membuat penyakit Covid-19 jadi lebih berat. 

"Tapi pada 11 Februari 2021 NERVTAG (badan Inggris periset mutasi Covid-19) menyampaikan laporan resmi, ada bukti dari beberapa analisa data mutasi  B1.1.7 tampaknya berhubungan dengan peningkatan risiko pasien harus dirawat di rumah sakit dan bahkan juga kematian," ucap Mantan Dirjen P2P Kemenkes itu.

Hadirnya mutasi Covid-19, lanjut Tjandra, turut berpengaruh pada vaksin. Walau sejauh ini memang belum ada laporan yang jelas menyebutkan mutasi B.1.1.7 berdampak pada efektivitas vaksin. 

"Jadi vaksin yang ada masih tetap dapat bermanfaat sesuai nilai efikasinya," ucapnya.

Terakhir, Prof Tjandra meminta, mewaspadai kemungkinan gabungan satu mutasi dengan mutasi lainnya. "Nah, di Inggris sudah dilaporkan pasien2 yang terinfeksi B.1.1.7 dan juga B.1351 yang dari Afrika Selatan. Artinya, kita semua juga perlu waspada terhadap kemungkinan mutasi ganda seperti ini," tutur Prof Tjandra. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement