Rabu 10 Mar 2021 20:19 WIB

AS Tegaskan Ada Genosida Terhadap Etnis Uighur di China

AS tegaskan ada genosida terhadap etnis Uighur di China

Perempuan suku minoritas Muslim Uighur lulusan kamp vokasi Xinjiang tahun 2019, Tudigul Nur menunjukkan foto bersama kedua anaknya kepada awak media di Beijing, China, Rabu (10/2/2021). Perempuan yang kini menjadi kader partai di Kota Kashgar itu bercerita tentang anak keduanya yang lahir setelah lulus dari kamp.
Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie
Perempuan suku minoritas Muslim Uighur lulusan kamp vokasi Xinjiang tahun 2019, Tudigul Nur menunjukkan foto bersama kedua anaknya kepada awak media di Beijing, China, Rabu (10/2/2021). Perempuan yang kini menjadi kader partai di Kota Kashgar itu bercerita tentang anak keduanya yang lahir setelah lulus dari kamp.

IHRAM.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat pada Selasa mengatakan belum mengubah penilaiannya bahwa ada genosida terhadap Muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya di wilayah otonom Xinjiang, China.

"Kami tidak menyadari bahwa kekejaman ini telah berhenti," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price pada konferensi pers.

Dia mengingatkan bahwa mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken sudah sampai pada keputusan bahwa genosida telah terjadi di Xinjiang.

"Kami benar-benar mendukungnya," kata Price.

Ketika ditanya apakah genosida sedang berlangsung di Xinjiang, Prices mengatakan pihaknya tidak melihat apa pun yang akan mengubah penilaian.

Pada 19 Januari, Pompeo mengatakan China melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perlakuannya terhadap Uighur dan etnis minoritas di Xinjiang.

"Saya yakin genosida ini sedang berlangsung, dan kami menyaksikan upaya sistematis untuk menghancurkan Uighur oleh negara-partai China," kata Pompeo saat itu.

Xinjiang adalah rumah bagi 10 juta orang Uighur.

Kelompok Muslim Turki itu membentuk sekitar 45 persen dari total populasi Xinjiang dan sejak lama menuding otoritas China melakukan diskriminasi budaya, agama, dan ekonomi.

Lebih dari satu juta orang, atau sekitar tujuh persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah ditahan dalam "kamp-kamp politik" dan menjadi korban kerja paksa dan sterilisasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement