Kamis 25 Mar 2021 19:31 WIB

Mahasiswa Indonesia Demontrasi Soal Uighur di Kedubes Cina

Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Islam (AMI) melakukan aksi

Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Islam (AMI) melakukan aksi demontrasi di depan Kedutaan Besar Republik Rakyat China di Jakarta, Indonesia pada Kamis 25 Maret 2021. Mereka mendesak Pemerintah Rakyat China melalui kedutaan besarnya di Indonesia untuk segera menghentikan segala bentuk pelanggaraan Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang dilakukan terhadap terhadap etnis Muslim Uighur di Xinjiang, China.
Foto: Anadolu Agency
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Islam (AMI) melakukan aksi demontrasi di depan Kedutaan Besar Republik Rakyat China di Jakarta, Indonesia pada Kamis 25 Maret 2021. Mereka mendesak Pemerintah Rakyat China melalui kedutaan besarnya di Indonesia untuk segera menghentikan segala bentuk pelanggaraan Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang dilakukan terhadap terhadap etnis Muslim Uighur di Xinjiang, China.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan mahasiswa Indonesia menggelar unjuk rasa di depan Kedutaan Besar China, pada Kamis.

Massa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Islam (AMI) ini menuntut agar China menghentikan segala bentuk tindakan kekerasan dan pelanggaran HAM terhadap kelompok muslim Uighur.

“Kami minta dihentikan segala bentuk pelanggaran HAM berat seperti penyiksaan hingga pembantaian terhadap etnis Uighur,” kata Rimbo Bugis, koordinator aksi, kepada Anadolu Agency.

Selain itu mereka menuntut agar pemerintah Indonesia melakukan boikot terhadap produk-produk dari China.

Massa ini juga menuntut agar kasus pelanggaran HAM di Xinjiang dibawa ke Mahkamah Internasional.

Lebih lanjut, dia menyatakan akan melakukan konsolidasi lebih besar lagi jika tindakan kekerasan kepada kelompok muslim Uighur tak segera dihentikan.

“Kami akan ajak juga agama-agama lain dan kelompok lain karena ini bagi kita bukan masalah pembantaian orang muslim tapi ini pembantaian kemanusiaan,” tegas Rimbo.

Selain melakukan orasi, massa tersebut juga melakukan aksi teatrikal dengan merefleksikan pasukan militer China tengah melakukan gerakan diskriminatif.

Pada Januari lalu, Amerika Serikat mengatakan China melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perlakuannya terhadap Uighur dan etnis minoritas di Xinjiang.

Pekan ini, Senin, menteri luar negeri Kanada, Inggris dan Amerika Serikat merilis pernyataan bersama yang mengungkapkan keprihatinan atas pelanggaran HAM oleh pemerintah China di wilayah Xinjiang terhadap Muslim Uighur.

Mereka mengatakan bukti yang ada sangat banyak, termasuk dari dokumen pemerintah China sendiri, citra satelit dan kesaksian saksi mata.

"Program penindasan China yang ekstensif termasuk pembatasan ketat pada kebebasan beragama, penggunaan kerja paksa, penahanan massal di kamp-kamp interniran, sterilisasi paksa, dan penghancuran bersama terhadap warisan Uighur," kata pernyataan yang dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri Kanada Marc Garneau, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Ketiga menteri itu mengatakan bahwa mereka telah mengambil tindakan terkoordinasi soal tindakan yang sejalan dengan langkah Uni Eropa, sekaligus ingin mengklarifikasi apa yang mereka pikirkan tentang pelanggaran hak asasi manusia.

Xinjiang adalah rumah bagi 10 juta orang Uighur.

Kelompok Muslim Turki itu membentuk sekitar 45 persen dari total populasi Xinjiang dan sejak lama menuding otoritas China melakukan diskriminasi budaya, agama, dan ekonomi.

Lebih dari satu juta orang, atau sekitar tujuh persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah ditahan dalam "kamp-kamp politik" dan menjadi korban kerja paksa dan sterilisasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement