Selasa 30 Mar 2021 19:32 WIB

Iran Tolak Setop Pengayaan Uranium Sebelum AS Cabut Sanksi

Iran memilih bersikap lebih tegas sebelum kembali ke pembicaraan nuklir.

Iran Tolak Setop Pengayaan Uranium Sebelum AS Cabut Sanksi. Pabrik pengayaan uranium, di Qom, Iran
Iran Tolak Setop Pengayaan Uranium Sebelum AS Cabut Sanksi. Pabrik pengayaan uranium, di Qom, Iran

IHRAM.CO.ID, DUBAI -- Iran menolak menghentikan pengayaan uranium 20 persen sebelum Amerika Serikat mencabut semua sanksi, seperti dilaporkan stasiun TV pemerintah Iran yang mengutip pejabat rahasia pada Selasa (30/3).

Iran menanggapi laporan media AS bahwa Washington menawarkan usulan baru memulai pembicaraan. Pemerintah Biden sedang berupaya melibatkan Iran dalam pembicaraan seputar komitmen keduanya terhadap perjanjian nuklir.

Baca Juga

Sanksi ekonomi terhadap Teheran dihapuskan dengan imbalan pengekangan terhadap program nuklir Iran guna mempersulit pihaknya mengembangkan senjata nuklir. "Pejabat senior Iran mengatakan kepada Press TV bahwa Teheran akan menyudahi pengayaan uranium 20 persen mereka jika AS terlebih dahulu mencabut semua sanksi terhadap Iran.

"Pejabat itu menyatakan Teheran akan lebih banyak melonggarkan komitmennya terhadap perjanjian nuklir 2015 jika AS tidak mencabut semua sanksi, memperingatkan Washington dengan cepat kehabisan waktu," lanjutnya.

Kantor Politico mengatakan usulan AS akan meminta Iran menghentikan sejumlah kegiatan nuklirnya, seperti pengerjaan sentrifugal canggih dan pengayaan uranium hingga kemurnian 20 persen. Imbalannya sejumlah pelonggaran sanksi ekonomi AS. Perincian usulan masih dikerjakan.

Pendahulu Presiden AS Joe Biden, Donald Trump, pada 2018 angkat kaki dari perjanjian nuklir dan kembali menjatuhkan sanksi AS setelah menunggu setahun lebih. Langkah itu mendorong Iran mengurangi komitmennya terhadap perjanjian nuklir sebagai aksi balasan.

Peluang progress apa pun untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir sebelum Iran menggelar pemilu presiden pada Juni semakin kecil setelah Teheran memilih bersikap lebih tegas sebelum kembali ke pembicaraan nuklir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement