Jumat 02 Apr 2021 14:56 WIB

Badan Inggris Identifikasi 30 Kasus Pembekuan Darah

MHRA melaporkan 30 kasus pembekuan darah di Inggris terkait vaksin AstraZeneca.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
PM Inggris Boris Johnson menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca, Jumat (19/3).
Foto: EPA
PM Inggris Boris Johnson menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca, Jumat (19/3).

IHRAM.CO.ID, LONDON -- Badan pengatur obat-obatan Inggris (MHRA) pada Kamis (1/4) telah mengidentifikasi 30 kasus pembekuan darah yang langka terjadi setelah penyuntikan vaksin AstraZeneca. Sebelumnya, MHRA hanya melaporkan lima kasus.

Sementara itu, berbagai penelitian sedang dijalankan untuk mengkaji laporan soal pembekuan darah, yang jarang terjadi namun kadang-kadang parah. Pada 18 Maret, badan pengatur obat-obatan Inggris menyatakan ada lima kasus langka soal pembekuan darah di otak. Kasus ini terjadi di antara 11 juta dosis yang sudah diberikan.

Baca Juga

Lembaga itu melaporkan di antara total 18,1 juta dosis yang sudah disuntikkan ada 22 kasus trombosis sinus vena serebral penyakit yang sangat langka menyangkut pembekuan darah di otak. MHRA juga menemukan delapan kasus  pembekuan darah yang berkaitan dengan trombosit darah yang rendah.

MHRA mengatakan sejauh ini tidak menerima laporan kasus pembekuan darah setelah penyuntikan vaksin BioNTech SE dan Pfizer Inc. Para pejabat kesehatan mengatakan mereka masih meyakini bahwa manfaat vaksin itu dalam pencegahan COVID-19 jauh lebih besar dibandingkan dengan kemungkinan risiko pembekuan darah.

Beberapa negara saat ini melarang penggunaan vaksin AstraZeneca. Sejumlah negara lainnya telah melanjutkan imunisasi dengan menggunakan vaksin tersebut.

Baru-baru ini Pemerintah Jerman membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca. Vaksin tersebut hanya akan digunakan untuk warga berusia 60 tahun atau lebih.

Kasus pembekuan darah yang ditemukan pada beberapa orang penerima vaksin AstraZeneca menjadi faktor pertimbangan utama keputusan tersebut. “Singkatnya, ini tentang menimbang risiko efek samping yang secara statistik kecil, tapi perlu ditanggapi dengan serius,” kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn pada awak media di Berlin pada Selasa (30/3).

Keputusan membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca berarti mengikuti rekomendasi dari panel ahli vaksin independen Jerman. Hal itu pun dilakukan setelah regulator medis di sana menemukan peningkatan kasus gumpalan darah yang tidak biasa di kepala pada penerima vaksin AstraZeneca baru-baru ini. Kasus gumpalan darah di kepala itu dikenal sebagai trombosis vena sinus.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement