Rabu 05 May 2021 09:30 WIB

Bepergian ke Timur Tengah yang Kini Semakin Mudah

Timur Tengah mulai memutuskan untuk memberi kemudahan bagi pelancong

Rep: Puti Almas/ Red: Esthi Maharani
Kota Doha, Qatar.
Foto: EPA
Kota Doha, Qatar.

IHRAM.CO.ID, Pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) telah memaksa banyak orang di seluruh dunia tidak dapat melakukan perjalanan dengan mudah. Banyak negara yang menutup perbatasan untuk mengantisipasi penularan wabah, termasuk di Timur Tengah.

Meski demikian, beberapa waktu lalu, Timur Tengah mulai memutuskan untuk memberi kemudahan bagi orang-orang yang ingin melakukan perjalanan ke kawasan ini. Dilansir Aljazirah, persyaratan visa di sejumlah negara akan lebih mudah.

Arab Saudi menjadi salah satu negara yang untuk pertama kalinya meluncurkan visa turis pada September 2019. Sebelumnya, hanya jamaah Muslim, pekerja tetap, dan pelancong bisnis yang dapat memasuki negara kerajaan itu.

Namun, saat ini wisatawan dari 49 negara di Amerika Utara, Eropa, dan Asia dapat mengajukan visa online seharga 440 riyal Saudi (120 dolar AS) atau mendapatkannya pada saat kedatangan. Setidaknya  ada 24.000 pengunjung dalam 10 hari pertama setelah peluncuran visa turis, dengan target mendatangkan 100 juta turis setiap tahunnya pada 2030.

Sementara itu, kemudahan perjalanan di Timur Tengah akan lebih terasa dengan Uni Emirat Arab  dan Bahrain setuju untuk normalisasi dengan Israel. Pada September 2020, Uni Emirat Arab dan Bahrain menandatangani Perjanjian Abraham dengan Israel, menandai normalisasi publik pertama dari hubungan antara Israel dan negara Arab sejak 1990-an.

Langkah tersebut memungkinkan para pelancong untuk naik penerbangan langsung antar negara, yang sebelumnya tidak memungkinkan. Sharon Bershadsky, direktur Kantor Pariwisata Israel di Inggris, mengatakan 67.000 turis Israel mengunjungi Dubai setelah penerbangan langsung diluncurkan pada akhir November 2020.

“Saat ini, lebih dari sebelumnya, Timur Tengah adalah zona aman bagi wisatawan internasional. Perjanjian yang ditandatangani dengan Uni Emirat Arab dan Israel akan memberikan kombinasi unik antara kedua tujuan dengan harga terjangkau,” jelas Bershadsky.

Kemudahan perjalanan di Timur Tengah juga semakin terasa dengan dihentikannya blokadę terhadap Qatar. Setelah  Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain sempat memutuskan hubungan diplomatik pada Juni 2017, kini perlahan perbatasan antara negara-negara ini dibuka kembali.

Arab Saudi membuka kembali perbatasannya dengan Qatar, dan penerbangan langsung telah dilanjutkan antara Doha dan Dubai, Riyadh, Kairo, dan kota-kota lainnya.

Di Oman, ada kebijakan menghapus visa turis untuk pelancong dari lebih 100 negara. Pengunjung di 103 negara, termasuk diantaranya Inggris, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (AS) tidak lagi memerlukan visa untuk mengunjugi negara ini selama dua minggu.

Langkah itu membuat Oman lebih mudah diakses, terutama bagi orang-orang yang melakukan perjalanan singkat. Kebijakan yang berlaku di Oman sebelumnya mewajibkan wisatawan untuk mengajukan visa daring (online) dengan biaya 5 real atau sekitar 13 dolar AS.

“Perubahan baru ini menempatkan Oman di peta global dan membuka banyak kemungkinan dengan membuat Oman dapat dijangkau oleh khalayak yang lebih luas,” kata Haitham al-Ghassani, penjabat direktur Promosi Pariwisata Umum Oman.

“Pembebasan dari visa masuk akan mempromosikan seluruh industri pariwisata. Turis di seluruh dunia sekarang dapat dengan cepat mengunjungi Oman tanpa harus repot dengan proses visa yang lama. "

Meski umlah pariwisata internasional ke Oman tetap sedikit dibandingkan dengan tetangganya, yaitu Uni Emirat Arab, koneksi transportasi antara kedua negara meningkat. Otoritas Jalan dan Transportasi Dubai meluncurkan rute bus umum antara Dubai dan Muscat pada 2019, dengan tiga layanan harian yang berhenti di stasiun Metro Dubai dan Bandara Internasional Dubai, serta sejumlah kota di Oman dan Bandara Internasional Muscat.

Sementara itu, di lepas pantai Yaman, Pulau Socotra adalah salah satu tempat paling indah yang ada di Timur Tengah. Meski situasi politik di negara itu belum stabil, namun banyak turis yang tetap datang mengunjungi tempat ini.

Lupin Travel, operator tur yang berbasis di Inggris yang mengkhususkan diri pada tujuan yang tidak biasa, mulai menawarkan kunjungan ke Socotra pada 2019 dan dengan cepat menjadi agen tur populer.

“Socotra memiliki begitu banyak potensi, dan dengan mudah bisa menjadi tujuan wisata untuk menyaingi Galapagos jika dikembangkan dengan cara yang benar,” ujar Dylan Harris, pendiri Lupin Travel.

Socotra tidak memiliki infrastruktur wisata, namun ada akomodasi dasar yang tersedia di ibu kota pulau, Hadiboh. Namun, turis perlu berkemah di area lain.

Harris mengatakan salah satu tantangan terbesar dalam menjalankan tur sebenarnya menuju ke Socotra. Hanya ada penerbangan mingguan dengan maskapai nasional Yaman, Yemenia,yang biasa berangkat dari Kairo tetapi saat ini tidak lagi beroperasi.

Felix, operator Yaman lainnya, menjalankan penerbangan dari Dubai tetapi berhenti setelah beberapa minggu. Sekarang Air Arabia, terbang dari Abu Dhabi, adalah satu-satunya pilihan, tetapi tidak jelas berapa lama penerbangan ini akan berlanjut.

Meski perkembangan pariwisata di timur Tengah tampaknya terjadi sekaligus, banyak yang telah dikerjakan selama beberapa dekade. Secara khusus adalah karena negara-negara Teluk Arab mulai secara aktif mengalihkan ekonomi dari ketergantungan pada minyak.

“Banyak negara Timur Tengah dan Afrika Utara menempatkan pariwisata sebagai inti dari visi strategis jangka panjang mereka,” jelas Siamak Seyfi, asisten profesor geografi pariwisata di Universitas Oulu di Finlandia.

Seyfi mengatakan negara-negara di Timur Tengah telah menyadari pentingnya pariwisata sebagai pendorong diversifikasi ekonomi. Pariwisata juga merupakan alat pemasaran bangsa yang penting, memberikan kesempatan untuk menampilkan citra positif secara internasional sambil mengabaikan konflik internal dan regional.

“Kisah-kisah ini sering kali dipromosikan untuk dan melayani tujuan yang lebih luas,” kata Waleed Hazbun, profesor di bidang hubungan internasional di Universitas Alabama dan penulis Beaches, Ruins, Resorts: The Politics of Tourism in the Arab World.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement