Senin 10 May 2021 19:00 WIB

Tasikmalaya dan Garut Antisipasi Lolosnya Pemudik

Seluruh puskesmas di Kota Tasikmalaya akan siaga 24 jam selama Lebaran.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Petugas gabungan melakukan penyekatan kendaraan dengan plat nomor dari luar Garut di posko penyekatan larangan mudik di Jalan Nanggeleng, Limbangan, Kabupaten Garut, Ahad (9/5). Memasuki hari keempat penerapan larangan mudik Lebaran 2021, petugas gabungan di posko penyekatan larangan mudik Limbangan telah memutarbalikan sedikitnya 150 kendaraan berplat luar kota dari arah Bandung menuju Garut dan Tasikmalaya karena tidak memiliki surat kesehatan serta ijin perjalanan. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas gabungan melakukan penyekatan kendaraan dengan plat nomor dari luar Garut di posko penyekatan larangan mudik di Jalan Nanggeleng, Limbangan, Kabupaten Garut, Ahad (9/5). Memasuki hari keempat penerapan larangan mudik Lebaran 2021, petugas gabungan di posko penyekatan larangan mudik Limbangan telah memutarbalikan sedikitnya 150 kendaraan berplat luar kota dari arah Bandung menuju Garut dan Tasikmalaya karena tidak memiliki surat kesehatan serta ijin perjalanan. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya mulai mengantisipasi kedatangan pemudik yang lolos penyekatan. Salah satunya dengan menyiagakan ruang isolasi apabila ada pemudik yang terpapar Covid-19.

Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tasikmalaya, Muhammad Yusuf mengatakan, pihaknya sudah menyiagakan Rumah Sakit (RS) Purbaratu dan RS Dewi Sartika sebagai antisipasi lonjakan kasus Covid-19 saat Lebaran. Termasuk, jika ada pemudik yang lolos penyekatan dan terkonfirmasi positif Covid-19. 

"Dua rumah sakit itu akan dikhususkan sebagai tempat karantina," kata dia, Senin (10/5). Ia menjelaskan, dua tempat itu hanya digunakan untuk pasien Covid-19 yang bergejala ringan dan sedang. Sementara pasien Covid-19 yang bergejala berat akan ditempatkan di RSUD dr Soekardjo. 

Yusuf juga telah menginstruksikan satuan tugas penanganan Covid-19 di tingkat kecamatan dan kelurahan untuk untuk terus memonitor warganya. Ketika didapati ada warga dari luar daerah, mereka harus dibawa ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan."Kita harus serius dalam menghadapi pemudik. Sebab, kita tak bisa menghindar dari masyarakat yang lolos penyekatan," kata dia.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra mengatakan, hingga saat ini belum ada rencana untuk menambah kapasitas ruang isolasi. Berdasarkan hasil analisisnya, kapasitas ruang isolasi yang ada saat ini masih mencukupi untuk menampung pasien Covid-19."Per hari ini, tingkat hunian kita juga masih rendah, yaitu hanya 47 persen dari total 319 ruangan isolasi. Jadi masih mencukupi," kata dia.

Ia menambahkan, meski Kota Tasikmalaya saat ini berstatus zona merah (risiko tinggi) penyebaran Covid-19, penambahan kasus harian Covid-19 dalam sepekan terakhir tak terlalu signifikan, bahkan melandai. Karenannya, ia menilai, penambahan ruang isolasi untuk pasien Covid-19 masih belum diperlukan.

Namun, Asep mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan satgas di tingkat kelurahan dan kecamatan untuk melakukan penelusuran jika ada pemudik yang masuk. "Apabila ada pemudik, satgas harus lapor. Apalagi kalau bergejala, harus dites ke puskesmas," kata dia.

Menurut dia, seluruh puskesmas di Kota Tasikmalaya akan siaga 24 jam selama Lebaran. Artinya, pengetesan dapat dilakukan kapanpun jika diperlukan."Seluruh camat dan lurah sudah siaga untuk mendata mereka yang ketahuan mudik. Sehingga kalau ada gejala bisa segera dilakukan pengetesan," kata Asep.

Sementata di Kabupaten Garut, satgas penanganan Covid-19 di masing di masing-masing desa juga telah diminta mengawasi warganya, termasuk masuknya warga dari luar daerah. Dengan begitu, jika ada pemudik bisa diawasi kegiatannya."Jika diperlukan pengetesan, kita juga siap melakukannya asalkan ada indikasi terpapar Covid-19," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, saat dihubungi Republika.

Ia menambahkan, pihaknya juga siap menambah ruang isolasi apabila terjadi lonjakan kasus Covid-19 saat Lebaran. Namun, untuk saat ini penambahan ruang isolasi masih belum diperlukan.

Leli menjelaskan, saat ini hampir seluruh RS di Kabupaten Garut sudah memiliki ruang isolasi untuk pasien Covid-19. Selain itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut juga memiliki dua tempat isolasi untuk pasien Covid-19 tanpa gejala atau bergejala ringan, yaitu Islamic Center dan rumah susun (rusun).

Menurut dia, saat ini tingkat keterisian ruang isolasi di Kabupaten Garut baru mencapai 60 persen dari total kapasitas yang ada. Artinya, belum diperlukan untuk menambah ruang isolasi. Namun, jika terjadi lonjakan kasus Covid-19, setiap RS mau tak mau harus menambah ruang isolasi. "Insyaallah mereka siap, khususnya rs milik oemerknyah seperti RSUD dr Slamet, RSUD Pameungpeuk," kata dia.

Leli mengakui, momen Lebaran memang berpotensi menimbulkan ledakan kasus Covid-19. Sebab, saat Lebaran pasti terjadi kerumunan, baik saat shalat maupun belanja. Bukan hanya dari pemudik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement