Kamis 17 Jun 2021 10:30 WIB

Cara Ibrahim al-Wasithi Merenung dalam Safar Haji di Arafah

Cara Ibrahim al-Wasithi Merenung dalam Safar Haji di Arafah.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Cara Ibrahim al-Wasithi Merenung dalam Safar Haji di Arafah. Foto ilustrasi:    Rombongan putra Raja Saudi Arabia berjalan ke Padang Arafah menjelang puncak haji pada tahun 1935.
Foto: gahetna.nl
Cara Ibrahim al-Wasithi Merenung dalam Safar Haji di Arafah. Foto ilustrasi: Rombongan putra Raja Saudi Arabia berjalan ke Padang Arafah menjelang puncak haji pada tahun 1935.

IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Ibrahim al-Wasithi merupakan seorang sufi yang hidup pada abad keempat Hijriyah. Suatu ketika ia menempuh perjalanan haji bersama jamaahnya dan tiba di Arafah.

"Saat waktu wukuf, dia hanya asik dengan amal ibadah dan doa-doa," tulis Mokh Syaiful Bakhri dalama bukunya 'Belum Haji Sudah Mabrur'.

Baca Juga

Sepanjang hari tanggal 9 Zulhijah itu, al-Wasithi hanya bertafakur dan berdzikir dengan khusyuk sambil menangis teringat akan kelemahan-kelemahan dan dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Ia manfaatkan betul momen ini karena  Ibadah haji adalah bertamu ke haribaan Allah.

Ibadah haji adalah sarana kembali kepada Allah dari segala dosa, padang Arafah adalah tempat hamba-hamba Allah yang mengadu dan mengakui segala dosa-dosanya. Dan Allah dengan kasih sayangnya akan mengampuni seluruh dosanya, walau sebanyak pasir yang ada di padang sahara sekalipun.

 

"Al-Wasithi memanfaatkan waktu yang hanya satu kali satu tahun itu dengan penuh makna," katanya.

Dia tahu betul arti hari Arafah. Suatu tempat menurut sebagian riwayat, Nabi Adam bapak umat manusia mengakui kesalahan-kesalahannya di hadapan Allah SWT, lalu Allah dengan rahmat-Nya menerima permohonan tobatnya. Usai beribadah dan dzikir panjang al-Wasithi keluar dari kemahnya untuk menghirup udara Arafah. 

"Dia memperhatikan langit-langit biru yang terbentang luas yang melingkupi Padang Arafah," katanya.

Sambil tak henti-hentinya memuji Allah Al-Wasithi larut dalam perenungan dan tafakur akan keesaan Allah Rabbul Jalal. Kemudian dia berjalan perlahan selangkah demi selangkah, sampai akhirnya ia menemukan seonggokan batu kerikil yang biasa digunakan untuk melempar jumrah.

"Sebelum memungut batu-batu kerikil itu, dia ingin agar seluruh benda-benda yang ada di sekitar Padang Arafah menyaksikan ikrar yang akan diucapkannya," katanya.

Sambil menggenggam batu-batu kerikil Arafah, al-Wasithi berkata:

"Wahai batu-batu Arafah, saksikanlah kelak di hadapan Allah bahwa aku berikrar aku bersaksi. "Bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambanya dan utusan-Nya."

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement