Jumat 18 Jun 2021 23:15 WIB

Menteri Lingkungan Turki sebut perubahan iklim sebagai 'pandemi'

Meski Turki belum meratifikasi kesepakatan Paris, namun Turki telah memenuhi tanggung jawabnya lebih dari banyak penandatangan lainnya, kata Menteri Lingkungan Turki - Anadolu Agency

Meski Turki belum meratifikasi kesepakatan Paris, namun Turki telah memenuhi tanggung jawabnya lebih dari banyak penandatangan lainnya, kata Menteri Lingkungan Turki - Anadolu Agency
Meski Turki belum meratifikasi kesepakatan Paris, namun Turki telah memenuhi tanggung jawabnya lebih dari banyak penandatangan lainnya, kata Menteri Lingkungan Turki - Anadolu Agency

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Covid-19 dan perubahan iklim adalah “dua pandemi” yang sedang menimpa dunia saat ini, kata Menteri Lingkungan Turki Murat Kurum pada Kamis.

"Saya percaya bahwa ketegasan untuk mengatasi perubahan iklim akan lebih diperjelas di COP26 (Konferensi Perubahan Iklim PBB) di Glasgow," kata Kurum pada konferensi pers bersama dengan Presiden COP26 Alok Sharma di ibu kota Ankara.

Baca Juga

Mengingat permintaan Turki untuk dihapus dari daftar Annex 1 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, Kurum mengatakan bahwa dia mengulangi permintaan ini kepada Sharma.

“Harapan kami dari konferensi ini [COP26] adalah untuk menghadirkan solusi yang adil dan adil bagi Turki dalam perang melawan perubahan iklim,” tambah dia.

Menteri Turki itu juga menyampaikan bahwa akses negaranya ke pendanaan iklim harus ditentukan sesegera mungkin.

Meskipun Turki belum meratifikasi Perjanjian Paris, negara itu memenuhi tanggung jawabnya lebih dari banyak negara penandatangan lainnya, imbuh dia.

"Dalam hal ini, kami melindungi sumber daya alam dan air kami, dan meningkatkan kawasan lindung kami... Kami mengambil langkah-langkah dalam kerangka rencana aksi lokal dan regional kami dan kami memperbarui strategi kami sesuai dengan target 2030 dan 2050 sebagai bagian dari adaptasi terhadap perubahan iklim,” jelas Kurum.

Menyoroti proyek Zero Waste, tingkat daur ulang di Turki telah meningkat menjadi 22 persen, Kurum mengatakan jumlah bangunan yang hemat energi dan peka terhadap iklim telah meningkat di seluruh negeri.

'Pertumbuhan hijau sangat mungkin'

Sementara itu, Alok Sharma, presiden COP26 dan seorang menteri Inggris, mengatakan bahwa negara-negara anggota dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sambil mengurangi emisi gas rumah kaca yang berbahaya pada saat yang sama.

“Negara kami, Inggris, memimpin – selama 30 tahun terakhir pemerintah Inggris telah menumbuhkan ekonomi kami sebesar 78 persen sambil mengurangi emisi sebesar 44 persen,” sebut dia.

“Jadi saya dapat memberi tahu kalian bahwa pertumbuhan hijau sangat mungkin dilakukan. dan bukan hanya Inggris tetapi negara-negara lain juga telah menunjukkan hal ini," ujar Sharma.

Memuji proyek Zero Waste dan kampanye reboisasi Turki, Sharma mengingatkan bahwa Turki berada di peringkat kelima di Eropa dan ke-12 di dunia untuk peningkatan kapasitas energi terbarukan.

"Sebagai anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) dan G20, Turki tidak diragukan lagi adalah pemimpin regional dan itulah mengapa Anda sangat penting," ungkap dia, seraya menambahkan bahwa kedua negara akan terus bekerja sama.

Menyebutkan bahwa kawasan Mediterania adalah salah satu wilayah yang paling rentan terhadap perubahan iklim, Sharma mengatakan Turki harus membangun ketahanan iklim.

“Saya percaya bahwa kita dapat membangun kembali dunia ini lebih baik dari pandemi ini dengan membangun kembali yang lebih hijau dan membuat perubahan yang menentukan dalam memerangi perubahan iklim dan kita berhutang itu kepada anak-anak kita, cucu-cucu kita, dan generasi mendatang,” pungkas dia.

sumber : https://www.aa.com.tr/id/turki/menteri-lingkungan-turki-sebut-perubahan-iklim-sebagai-pandemi/2277825
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement