Sabtu 19 Jun 2021 20:53 WIB

Bila Langgar Prokes Berarti Berani Mati

Komandan Lapangan Wisma Atlet: Langgar Prokes Berarti Berani Mati

Rep: Febryan. A/ Red: Muhammad Subarkah
Petugas kesehatan dengan menggunakan baju hazmat melapor di pos masuk saat mengantarkan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta, Ahad (13/6).
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas kesehatan dengan menggunakan baju hazmat melapor di pos masuk saat mengantarkan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta, Ahad (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID, Seruan warga agar taati protes terus bergaung. Bahkan, Komandan Lapangan RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Letkol Laut Muhammad Arifin, menyampaikan pernyataan tegas agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19. Sebab, jika masyarakat abai prokes, Wisma Atlet akan segera dan terus penuh. 

"Protokol kesehatan itu harga mati. Kemudian yang melanggar protokol kesehatan (berarti) berani mati. Gitu aja udah," kata Arfin saat meninjau kesiapan Rusun Nagrak, Jakarta Utara, sebagai tempat isolasi Covid-19, pada Jumat lalu (18/6). 

 

Arifin menerangkan, kondisi kasus Covid-19 di Indonesia, terutama Jakarta, saat ini sedang genting. Pasien di tempat isolasi membludak. Musababnya, masyarakat abai prokes. 

 

"Coba kemarin Lebaran bisa diatur semua dengan baik dan bagus, maka tidak akan tinggi seperti sekarang ini kasus Covid-19," kata Arifin. 

 

Untuk memperbaiki kondisi yang genting ini, kata dia, maka masyarakat harus mulai disiplin menerapkan prokes. Kurangi mobilisasi, jaga jarak, dan memakai masker. 

 

"Itu yang harus dilakukan. Kalau hulu (masyarakat) tidak terkendali, kita hilir di Wisma Atlet Kemayoran berapa pun bed yang disediakan (pasti) akan penuh," kata dia. 

 

Untuk diketahui, RSD Wisma Atlet Kemayoran kini sudah terisi 78,6 persen. Sedangkan Tower 8 Wisma Atlet Pademangan yang baru digunakan sehari sudah terisi 41,6 persen.  

 

Kasus baru Covid-19 di DKI Jakarta memang terus melonjak sejak usai Lebaran. Pada Kamis (17/6), bertambah 4.144 kasus baru. Sedangkan hari ini, Jumat (18/6), DKI pecah rekor harian Covid-19 dengan 4.737 kasus baru.

Di tempat terpisah, Dokter spesialis jantung di sebuah rumah sakit di kawasan Tangerang Selatan, Berlian Idris, meminta warga jangan lagi meremehkan Covid-19 tak ada atau bersikap meremehkannya. Sebab, pada kenyataannya saat ini angka orang yang terpapar Covid-19, apalagi khususnya di Jabobatek, terus-menerus meningkat dari hari ke hari.

''Saya himbau masyarakat jangan lagi remehkan dan anggap Covid-19 tak ada. Kenyataan ini jelas salah. Kenyataanya kini rumah sakit dan paramedis kewalahan memberikan layanan perawatan kepada yang terpapar. Ketersediaan kamar perawatan terus menipis. Bahkan di DKI tingkat ketersediannya sudah mulai mengkhawatirkan karena tingkat keterisiannya sudah mencapai 84 persen,'' kata dr Berlian Idris dalam perbincangan dengan Republika.co.id, Jumat malam (18/6).

 

Menurut Billy, sekarang tidak lagi ada tempat untuk terus memperdebatkan sumber atau penyebab dari naiknya Covid-19 itu. Ini karena yang sekarang penting serta mutlak dilakukan adalah tindakan nyata dari warga, para medis, dan pemerintah untuk bahu membahu mengatasi keadaan. Masyarakat misalnya harus taat pada prokes (menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, mengurangi mobilitas). 

''Jadi tak hanya bergantung pada pemerintah dan para medis saja. Tapi masyarakat juga harus paham dan mentaati segala aturan pencegahan pandemi Covid-19. Ingat, naiknya Covid-19 kali ini bukan hanya karena mudik atau mobilitas saja, tapi karena banyak individu masyarakat yang tak peduli, serta juga adanya virus Covid-19 varian baru yang datang dari  India. Jadi semua pihak harus saling bantu sebab Covid kali ini lebih ganas dan cepat menular,'' ujarnya.

Kepada masyarakat, Billy kemudian meminta agar terus menjaga kesehatan dirinya masing-masing. Caranya harus menjaga makanan, berolaraga dengan terkena matahari secara teratur, mengkonsumsi sayuran dan buah.

Ketua Sub Bidang Mitigasi Perubahan Perilaku Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, Irwan Amrun, mengatakan bahwa kondisi penyebaran covid-19 di Indonesia saat ini sudah sangat mencekam. Dirinya mengibaratkan kondisi yang dihadapi Indonesia saat ini sudah siaga satu.

"Saya kan background TNI ya, kalau siaga satu itu sudah pakai peralatan lengkap ya. Senjata sudah di tangan," kata Irman dalam diskusi daring, Sabtu (19/6).

Irman menyebut, sebelumnya Pangdam juga telah mengingatkan bahwa kondisi melonjaknya angka penularan covid 19 saat ini sudah gawat. Presiden juga mengingatkan masyarakat untuk terus mematuhi protokol kesehatan.
 
"Pak Presiden juga sudah meminta kita menguatkan yang tadi, Pakai masker itu harga mati. Kalau nggak ya bisa mati," ungkapnya. 
 
Menurutnya tingginya angka penularan covid-19 saat ini lantara pandemi berlangsung sejak lama. Sehingga banyak masyarakat lelah dan abai mematuhi protokol kesehatan. Selain itu juga kegiatan ekonomi juga tetap harus berjalan.
 
"Katakanlah begini, kita ada protokol yang sifatnya individual kan, 3M gitu kan. Tapi protokol yang sifatnya di lingkungan tidak dipatuhi. Misalnya (pembatasan) 50 persen. Ingat nggak kemaren restoran cepat saji itu diserbu gara-gara BTS. wah luar biasa itu," ungkapnya.
 
Warga Harus Sadar Kondisi Penyebaran Covid-19 Sudah Mencekam

 Ketua Sub Bidang Mitigasi Perubahan Perilaku Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, Irwan Amrun, mengatakan bahwa kondisi penyebaran covid-19 di Indonesia saat ini sudah sangat mencekam. Dirinya mengibaratkan kondisi yang dihadapi Indonesia saat ini sudah siaga satu.

"Saya kan background TNI ya, kalau siaga satu itu sudah pakai peralatan lengkap ya. Senjata sudah di tangan," kata Irman dalam diskusi daring, Sabtu (19/6).

 
Irman menyebut, sebelumnya Pangdam juga telah mengingatkan bahwa kondisi melonjaknya angka penularan covid 19 saat ini sudah gawat. Presiden juga mengingatkan masyarakat untuk terus mematuhi protokol kesehatan.
 
"Pak Presiden juga sudah meminta kita menguatkan yang tadi, Pakai masker itu harga mati. Kalau nggak ya bisa mati," ungkapnya. 
 
Menurutnya tingginya angka penularan covid-19 saat ini lantara pandemi berlangsung sejak lama. Sehingga banyak masyarakat lelah dan abai mematuhi protokol kesehatan. Selain itu juga kegiatan ekonomi juga tetap harus berjalan.
 
"Katakanlah begini, kita ada protokol yang sifatnya individual kan, 3M gitu kan. Tapi protokol yang sifatnya di lingkungan tidak dipatuhi. Misalnya (pembatasan) 50 persen. Ingat nggak kemaren restoran cepat saji itu diserbu gara-gara BTS. wah luar biasa itu," ungkapnya. 
 
Terkait soal ketaatan warga kepada Prokes  Pemkot Yogyakarta tegaskan kepada warganya agar benar-benar mentaatinya. Apalagi lonjakan kasus terkonfirmasi positif di DIY dalam sepekan ini sangat memprihatinkan dengan tambahan di atas 400-500 per hari. Maka, protokol kesehatan adalah cara yang  paling efektif unuk menekan penyebaran Covid-19. 

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, memang diperlukan kesadaran dan kesungguhan dari seluruh masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan. Dengan dilakukan secara serentak dan terorganisasi, katanya, lonjakan kasus dapat ditekan. 

"Jika ada yang tidak menjajakan protokol kesehatan dengan sungguh-sungguh, ya akan sia-sia. Sebab, untuk menghentikan sebaran Covid-19 harus dilakukan secara serentak, kompak dan terorganisasi. Jika tidak, maka tidak akan efektif," kata Heroe yang juga Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta tersebut.

Pihaknya juga mengetatkan posko PPKM mikro yang ada di tingkat RT/RW dalam rangka membatasi aktivitas warga yang berpotensi menimbulkan kerumunan. Patroli di tiap wilayah juga dimaksimalkan agar pelaksanaan protokol kesehatan berjalan dengan baik, terutama di fasilitas umum, warung makan hingga tempat wisata. 

"Dilakukan sweeping acak di tempat wisata, tempat parkir atau pencegatan kendaraan yang berasal dari zona merah untuk memeriksa kelengkapan surat-surat kesehatan terkait Covid-19. Di Malioboro ada beberapa bus yang dilarang menurunkan penumpang karena berasal dari zona merah dan tidak dilengkapi surat kesehatan bagi wisatawan," ujarnya. 

Ia juga meminta warga agar membatasi mobilitas, terutama ke luar daerah. Walaupun diharuskan untuk bepergian dalam hal mendesak, surat kelengkapan bebas dari Covid-19 harus disertakan. 

"Terlebih dari daerah zona merah, sehingga upaya untuk menjaga wilayah agar warga Kota Yogya menjalankan protokol kesehatan juga dijalankan oleh wisatawan yang berlibur atau bertamu atau bekerja di Kota Yogyakarta," jelasnya. 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement