Rabu 07 Jul 2021 06:31 WIB

KH Muhammad As’ad Al Bugisi, Pelopor Pendidikan Islam Tanah

Peran besar Dakwah Islam Anregurutta KH Muhammad As’ad Al Bugisi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Subarkah
KH Muhammad As’ad Al Bugisi
Foto: Google,com
KH Muhammad As’ad Al Bugisi

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA – Para ulama Indonesia telah berperan besar dalam gerakan dakwah di pelosok Nusantara, termasuk di Tanah Bugis. Salah satu ulama Bugis yang berperan besar dalam dakwah Islam adalah Anregurutta KH Muhammad As’ad Al Bugisi. 

Ia merupakan salah seorang ulama Bugis yang dilahirkan dan dibesarkan di Makkah. Kendati demikian, ia memiliki prestasi yang fenomenal dalam pendidikan Islam di Nusantara, khususnya di Sulawesi Selatan. Tidak sedikit para ulama Bugis yang berguru kepadanya saat pulang ke Indonesia.

Nama lengkapnya adalah Muhammad As'ad bin Abd Rasyid Al-Bugisi. Masyarakat Bugis kerap memanggilnya Anregurutta, yang berarti maha guru kita. Ia dikenal sebagai ulama dan tokoh pendidik fenomenal di Sulawesi Selatan.

Anregurutta Muhammad As’ad lahir di Makkah pada 12 Rabiul Akhir 1326 H/1908 M. Ayahnya, Syekh H. Abd. Rasyid adalah seorang ulama asal Bugis yang bermukim di Makkah, sedangkan Ibunya adalah Hajjah Saleha binti Haji Abd Rahman. 

Sejak kecil, As’ad telah dididik dan dibesarkan di lingkungan ulama Makkah. Karena itu, tak heran jika ia sangat mampu menguasai ilmu pengetahuan di bidang agama. Pada usia 14 tahun, ia bahkan telah mampu menghafal Alqur'an 30 juz dan dipercaya menjadi imam tarwih di Masjidil Haram.  

Awalnya ia hanya mendapat pendidikan dari orang tuanya sendiri. Kemudian, ia juga menimba ilmu di Madrasah Al-Falah, salah satu lembaga kaderisasi ulama yang saat itu sangat terkenal di Makkah. Saat berusia 15 tahun, ia pun telah mampu menguasai berbagai bidang ilmu agama. 

Anregurutta H. Hamzah Manguluang dalam buku "Riwayatku dan Riwayat Guru Besar KH. M. As'ad," menulis bahwa As’ad belajar langsung pada orang tuanya dengan mempelajari kitab, seperti Safinah an-Najah, Zubdah al-Aqa'id, Jurumiyah, Syarh Dahlan, dan lain-lain. Pada 1924, As’ad sudah mampu menghafal kitab 'Alfiah' atau 1000 bait matan Nahwu dan Sharaf. 

Selama di Makkah, As’ad aktif mengikuti pengajian halaqah di masjid dan menghabiskan waktunya dengan mengunjungi para ulama Makkah. Bahkan, ia melawat ke Kota Madinah untuk memenuhi rasa hausnya akan ilmu agama. 

Para ulama yang tercatat pernah menjadi gurunya di Makkah adalah Syekh Hasyim Nadhirin, Syekh Umar Hamdani, Syekh Jamal al-Malikiy, Syekh Said al-Yamani, Syekh Hasan Yamani, Syekh Hasan Abdul Jabbar, dan Syekh Ambo Wellang al-Bugisi. 

Selain itu, As’ad juga pernah berguru kepada salah seorang ulama besar pada zamannya, yaitu Sayyid Ahmad Syarif Al-Sanusi. Setelah mendapat ijazah dari gurunya tersebut untuk memberikan fatwa di Makkah, As’ad justru memilih untuk mengamalkan ilmunya di tanah leluhurnya di Sulawesi Selatan. 

As’ad pertama kali menginjakkan kaki di Sengkang Wajo, Sulawesi Selatan pada 1928 M. Berbekal ilmu agama yang mendalam dan semangat dakwah, ia pun mulai mengadakan pengajian halaqah dan aktif mensyiarkan agama ke berbagai daerah di Sulawesi Selatan. 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement