Rabu 07 Jul 2021 15:18 WIB

Kemajuan TIK Buat Negara Berkembang Semakin Berdaya

Negara berkembang memiliki dinamika merespon kemajuan TIK.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kemajuan TIK Buat Negara Berkembang Semakin Berdaya. Teknologi Informasi (ilustrasi)
Foto: tnea.in
Kemajuan TIK Buat Negara Berkembang Semakin Berdaya. Teknologi Informasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kian berkembang beriringan ilmu pengetahuan dan perkembangan peradaban manusia. Negara berkembang yang dipandang terlambat dan terbelakang nyatanya cukup cepat merespon perkembangan TIK.

Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof Fathul Wahid mengatakan, pembangunan perlu dipandang sebagai pertumbuhan ekonomi, kehidupan lestari dan kemerdekaan. Sebagai kemerdekaan, TIK memfasilitasi adanya peningkatan kapabilitas dan keberfungsian.

Contohnya, ponsel bisa kita anggap sebagai komoditas. Komoditas ini bisa menawarkan kapabilitas seperti mencari informasi, menghubungi, membangun jaringan dan lainnya. Pertanyaannya, apakah kapabilitas itu bisa terwujud nyata menjadi keberfungsian.

"Ketika kapabilitas menjadi keberfungsian, maka saat itulah kemerdekaan muncul," kata Fathul dalam Special Lecture Series 'Globalization: Information Technology in Developing Countries' yang digelar Prodi Hubungan Internasional UII, Rabu (7/7).

 

Saat sadar bukan satu-satunya pilihan, itulah saat pembangunan sebagai kemerdekaan. Negara berkembang memiliki dinamika merespon kemajuan TIK, misal kehadiran aplikasi pemesanan makanan menawarkan harga relatif murah, yang tidak dialami negara maju.

Perspektif dalam memandang TIK sebagai sosio-materiality juga digarisbawahi karena teknologi dan konteks juga saling mempengaruhi. Artinya, teknologi jadi tidak bebas nilai tapi justru berisi nilai, sehingga tidak bisa dipisahkan dari dunia sosial.

Ketika pembangunan dikaitkan pertumbuhan ekonomi, maka ada tujuan etis menjadikan dunia lebih baik. Tapi, ini bisa menjadi kesenjangan dan jurang yang semakin dalam bagi yang punya akses diuntungkan, dan yang tidak punya hilang banyak kesempatan.

Fathul turut menguraikan studi lapangan yang pernah dilakukan di Bantul membahas kegunaan ponsel di sektor pertanian. Ia menggunakan capability approach, proses perpindahan komoditas ke kapabilitas, keberfungsian dipengaruhi faktor konversi.

Temuan menarik diskusi tentang kepemilikan dan akses. Tidak semua petani memiliki ponsel, sehingga sering meminjam ponsel anak untuk hubungi sesama penyuluh. Bicara globalisasi, negara berkembang diuntungkan karena akses lebih penting dari kepemilikan.

Perkembangan teknologi informasi berbeda di setiap wilayah, begitu pula kesiapan setiap wilayah untuk berkembang. Ada daerah yang siap ditinggal ketika didampingi, ada yang kembali ke kemunduran. Ketika pendampingan, kata kuncinya menjadi lestari.

"Merdeka menjadi bermakna ketika tidak hanya sesaat, tapi bisa berlangsung lama. Saya juga optimistis TIK bisa membawa negara berkembang menjadi negara maju dengan gerak kolektif, sehingga manfaat bisa diperoleh secara optimal," ujar Fathul. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement