Jumat 16 Jul 2021 05:06 WIB

Perjuangan Relawan Pengubur Korban Covid-19

Melihat pemandangan orang yang meninggal dunia bukan hal yang mudah

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Melonjaknya angka kasus Covid-19 di Depok, berimbas pula pada meningkatnya kasus kematian akibat Covid-19 di Depok. Hal tersebut juga menjadikan permintaan pemulasaraan dan pemakaman jenazah Covid-19 kepada tim Badan Pemulasaraan Jenazah (BARZAH) Dompet Dhuafa meningkat.
Foto: istimewa
Melonjaknya angka kasus Covid-19 di Depok, berimbas pula pada meningkatnya kasus kematian akibat Covid-19 di Depok. Hal tersebut juga menjadikan permintaan pemulasaraan dan pemakaman jenazah Covid-19 kepada tim Badan Pemulasaraan Jenazah (BARZAH) Dompet Dhuafa meningkat.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Melihat pemandangan orang yang meninggal dunia dan terbungkus kain kafan serta peti mati setiap hari bukan hal yang mudah bagi siapapun. Irawan, salah seorang tim badan pemulasaran jenazah (Barzah) Dompet Dhuafa, mengungkapkan cerita perjuangan para petugas dan relawan pengubur korban pandemi Covid-19. Semenjak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, tim Barzah pernah menguburkan tujuh korban Covid-19 dalam sehari.

Irawan sering menjemput dan menguburkan dua sampai tiga korban Covid-19 dalam waktu sehari. Pada Rabu kemarin, dia bersama tim menguburkan tiga orang korban Covid-19. Karena setiap hari hampir selalu ada yang meminta bantuan tim Barzah.

"Saya paling banyak tiga kali menguburkan dalam sehari, kita capek mengangkut petinya, jenazah kalau sudah di dalam peti jadi berat," kata pria berusia 29 tahun ini saat diwawancarai Republika, Kamis (15/7).

Ia menceritakan, pernah bersama tiga orang temannya menjemput jenazah dari Wisama Atlet. Kondisi jenazah sudah dimasukan ke dalam peti, namun tim Barzah harus mengangkat peti tersebut dari kamar di lantai atas Wisma Atlet.

Meski ada elevator, peti harus dibawa dari kamar ke dalam elevator yang jaraknya lumayan. Setelah turun, peti dibawa ke pos pengamanan, selanjutnya dibawa ke Ambulans di parkiran Wisma Atlet.

"Biasanya saya menjemput jenazah untuk dikuburkan dari Rumah Sakit, dari Wisma Atlet, dari rumah tempat isolasi mandiri, ada yang sudah meninggal sejak malam, pagi hari baru ketahuan karena isolasi mandiri sendirian," ujarnya.

Irawan juga menceritakan pengalaman beratnya membantu keluarga korban Covid-19, sehingga dua temannya harus terpapar virus yang telah merenggut banyak nyawa ini.

Ia mengungkapkan, sekitar dua pekan yang lalu, di pagi hari membantu menguburkan korban Covid-19. Kemudian siang harinya ditelepon keluarga korban, untuk menjemput jenazah di salah satu RS di Kota Bogor untuk dikebumikan di salah satu tempat pemakaman umum di Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor.

Begitu tim Barzah sampai ke RS tersebut pukul 14.00 WIB. Ternyata jenazah korban Covid-19 belum siap dibawa tim Barzah. Karena sebelumnya pihak keluarga korban panik sehingga buru-buru menghubungi tim Barzah.

"Akhirnya kita (tim Barzah) baru keluar RS membawa jenazah pukul 20.30 WIB, dalam prosesnya sampai ada teman yang kecapaian, kita tetap bawa ke tempat pemakaman umum," ujar Irawan mengenang pengalamannya dua pekan yang lalu.

Irawan mengatakan, petugas tempat pemakaman umum ternyata tidak memakai alat pelindung diri (APD) sehingga mereka ketakutan dan tidak berani menguburkan korban Covid-19 yang dibawa tim Barzah.

"Biasanya kita dibantu petugas tempat pemakaman umum saat menguburkan, ini tidak, kita angkat peti yang berat, rasanya pengap karena kita memakai masker," kata Irawan.

Ia mengungkapkan, pekerjaan belum selesai, tim Barzah juga harus menutup liang kubur dengan tanah sampai jam 21.30 WIB. Tiga hari setelah itu, dua orang anggota tim Barzah terpapar Covid-19 akibat kelelahan.

Meski setiap hari harus mengangkat peti mati dan melihat liang kubur, Irawan tidak pernah mundur dari tugas kemanusiaannya. Ia mengungkapkan, bergabung dengan tim Barzah merupakan panggilan jiwa karena rasa kemanusiaan dalam dirinya melebihi apapun.

"Prinsip saya, ketika menolong orang di situasi bahagia mungkin akan cepat dilupakan, tapi saat menolong orang dalam kondisi tersulit mereka, maka kita akan selalu dikenang walau mereka tidak tahu nama kita. Kita juga tidak tahu doa dari siapa yang dikabulkan Allah, kebaikan kita yang mana yang diterima Allah," ujarnya.

Irawan mengungkapkan, dapat membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan adalah kebahagiaan tersendiri. Untuk itu, ia juga mengingatkan masyarakat agar selalu menjaga protokol kesehatan guna melindungi diri dari Covid-19.

Manager Program Layanan Jenazah Dompet Dhuafa, Ustaz Madroi, mengatakan, saat ini tim Barzah dan relawan terdiri dari 32 personel. Mereka bertugas di wilayah Jabodetabek. Setiap empat orang dibekali satu Ambulans khusus untuk mengangkut jenazah.

"Mereka dibagi jadi dua shift, yakni shift siang dan malam, layanan ini harus 24 jam, karena orang meninggal dunia bisa jam berapa saja," kata Ustaz Madroi.

Ustaz Madroi menceritakan, orang yang meninggal dunia dan meminta bantuan layanan tim Barzah tidak bisa diprediksi. Bisa tiba-tiba ada telepon yang meminta bantuan tim Barzah, satu jam berikutnya yang menelepon minta bantuan malah semakin banyak.

"Jadi kalau di malam hari banyak yang meninggal dan minta bantuan tim Barzah, tim yang bertugas malam tidak cukup, kita tawarkan ke tim yang bertugas siang tadi apakah ada yang rela membantu," ujar dia menceritakan ketabahan tim Barzah.

Tim Barzah biasanya lebih sering membantu korban Covid-19 yang meninggal dunia di rumah saat isolasi mandiri. Tim membantu memandikan jenazah, mengkafani, menshalati sampai ke pemakaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement