IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Kondisi ekonomi bangsa Arab mengikuti kondisi sosial yang bisa dilihat dalam kehidupan bangsa tersebut. Meski sumber-sumber ekonomi bangsa Arab pra-Islam cukup maju, tak demikian dengan kondisi sosial yang menyertainya.
Syekh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam kitab Sirah Nabawiyah menjelaskan, perdagangan merupakan sarana yang paling dominan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jalur-jalur perdagangan tidak bisa dikuasai begitu saja kecuali jika sanggup memegang kendali keamanan dan perdamaian.
Sementara itu kondisi yang aman seperti itu tidak terwujud di Jazirah Arab kecuali pada bulan-bulan suci. Pada saat itulah dibuka pasar-pasar Arab yang sangat terkenal seperti Ukazh, Dzil Majaz, Majinnah, dan lain-lainnya. Adapun mengenai perindustrian atau kerajinan, mereka adalah bangsa yang paling mengenalnya.
Mayoritas hasil kerajinan yang ada di Arab seperti jahit-menjahit, menyamak kulit, dan sebagainya, berasal dari rakyat Yaman, Hirah, dan pinggiran Syam. Sekalipun begitu di tengah Jazirah Arab terdapat pertanian dan penggembalaan hewan ternah.
Sedangkan wanita-wanita cukup menangani pemintalan. Artinya, perekonomian di Jazirah Arab berjalan dengan baik meski ketimpangan menyertai di dalamnya. Dijelaskan bahwa kekayaan-kekayaan yang dimiliki bangsa Arab saat itu bahkan bisa mengundang pecahnya peperangan.
Kemiskinan, kelaparan, dan orang-orang yang telanjang merupakan pemandangan yang biasa di tengah masyarakat Arab. Tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan masyarakat Arab Jahiliyah penuh dengan masalah dan sulit diterima akal sehat.