Jumat 23 Jul 2021 23:23 WIB

Said Aqiel: Kiai dan Nahdliyin Sadarilah Perlunya Vaksin

Said Aqiel Siradj akui masih ada kiai percaya vaksin itu pembantaian massal

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Muhammad Subarkah
Pengurus dan pengasuh ponpes mengikuti penyuntikan vaksin Covid-19 di Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Bantul, Yogyakarta, Rabu (31/3). Sebanyak 200 Kiai pengasuh pondok pesantren mengikuti vaksinasi Covid-19. Penyuntikan ini merupakan tahap pertama. Vaksinasi Kiai dan Ustaz ini memperbanyak sasaran vaksin untuk tenaga pendidik.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pengurus dan pengasuh ponpes mengikuti penyuntikan vaksin Covid-19 di Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Bantul, Yogyakarta, Rabu (31/3). Sebanyak 200 Kiai pengasuh pondok pesantren mengikuti vaksinasi Covid-19. Penyuntikan ini merupakan tahap pertama. Vaksinasi Kiai dan Ustaz ini memperbanyak sasaran vaksin untuk tenaga pendidik.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA  -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqiel Siradj, para kiai dan warga Nahdliyin perlu disadarkan secara terus menerus mengenai perlunya vaksinasi Covid-19. Sebab, sampai kini masih saja ada kiai yang tidak percaya covid. Bahkan masih ada beberapa kiai yang tidak percaya dengan vaksin.

"Beberapa kiai yang masih tidak percaya dengan adanya COVID-19, masih tidak percaya dengan vaksin, suudzon bahwa vaksin itu merupakan pembantaian massal," kata Said dalam acara doa dan syuku peringatan hari lahir PKB ke-23 yang digelar secara daring, Jumat (23/7). 

Menurutnya hal tersebut sangatlah berbahaya. Jika tidak segera disadarkan maka ini akan bisa berakibat fatal.

"Ada orang nanti memahami bahwa NU tidak rasional, atau malah lebih umum lagi nanti Islam tidak rasional, Islam bertentangan dengan ilmu pengetahuan, Islam tidak realistis, NU tidak realistis, NU berpikir sangat kuno, dan tidak sesuai dengan tuntutan zaman, seperti itu nanti bahayanya," ucapnya.

 

Dalam kesempatan tersebut, Said kemudian meminta agar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ikut menyadari para koai yang masih belum bersedia untuk divaksin. Said mengaku secara pribadi dirinya tidak henti-hentinya meyakinkan warga NU terkait bahaya covid-19.

"Virus itu ada, dan sangat bahaya. Maka ayo sukseskan vaksinasi, itu masih ada kiai, ya bukan kiai kecil-lah lagi, bukan kiai tingkat imam musala, yang masih nggak percaya Covid-19. Mereka masih suudzon dengan kebijakan vaksinasi. Maka tolong PKB juga harus menyadarkannya secara bersama-sama," ajaknya. 

Uniknya, selain menyebut ada kiai dan warga nahdliyin tak percaya adanya virus Covid-19 sehingga masih enggan divaksin, Said Aqil mengaku bila pada awalnya PBNU tak pernah diajak tangani pandemi oleh pemerintah. Bahkan, dia menilai pemerintah terkesan bermain sendiri dalam penanganan pandemi covid-19.

"Sebelum ini, di awal pandemi PBNU sempat tidak pernah diajak oleh pemerintah dalam upaya menangani covid-19. Jadi pada awal-awal setahun kemarin sama kami sekali kita tidak pernah diajak bersama-sama mengatasi pandemi ini. Jangankan diajak, diajak ngomong pun tidak," kata Said lagi.

Dia pun kemudian menuturkan bila pandemi tidak akan bisa diselesaikan tanpa mengajak kelompok dan organisasi masyarakat. Namun baru belakangan PBNU diajak untuk ikut dalam upaya vaksinasi di beberapa tempat.
 
"Oleh karena itu benar apa kata Mas Muhaimin (Ketum PKB) yang tadi, selama ini pemerintah masih gagal dalam menghadapi wabah pandemi covid-19," ujarnya.
 
Sebelumnya di acara yang sama Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, menyoroti penanganan pandemi covid-19 yang dilakukan pemerintah. Menurutnya vaksinasi yang dilakukan pemerintah saat ini gagal jika pemerintah bergerak sendiri.
 
"Vaksinasi inj pasti gagal kalau pemerintah one man show atau menjalankan sendiri. Mulai sekarang alhamdulillah pelan-pelan keterlibatan semua masyarakat ini mutlak dibutuhkan dilakukan," ungkapnya.
 
Oleh karena itu Muhaimin menilai strategi pembangunan yang dibutuhkan saat ini tidak hanya top-down, tetapi bottom-up.Penanganan covid-19 juga diharapkan tidak lagi dilakukan secara satu arah tetapi seluruh arah diharapkan bergerak. 
 
"Satu-satunya cara yang bisa mengejar ketertinggalan ini adalah vaksinasi dipercepat secepat-cepatnya, dilakukan sebanyak-banyaknya melibatkan semua kekuatan dan saya mendorong kita semua mendorong mari kita ajak kekuatan masyarakat untuk bersama-sama mensukseskan vaksinasi ini. PKB siap memberi pengertian kepada para kiai dan warga Nahdliyin yang masih percaya virus Covid tak ada sehingga tak perlu di vaksin," tuturnya. 
 
Para kiai banyak wafat karena Covid-19
 
Sementara itu dari data yang beberapa waktu sebelumnya dirilis oleh
Wakil Sekretaris Jendral MUI, Abdul Ghaffar Rozin menegaskan kiai dan pesantren yang menjadi tumpuan utama pendidikan warga NU sangat menderita akibat terpapar pandemi Covid-19.
 
Menurut data berdasarkan catatan Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU sampai awal Juli 2021 tercatat sebanyak 584 kiai telah meninggal dunia selama pandemi virus corona (Covid-19) menerpa Indonesia. 
 
"Dalam catatan RMI, hingga 4 Juli 2021, sebanyak 584 kiai wafat selama pandemi virus corona," kata Rozin dalam keterangannya resminya yang dikutip dari situs resmi MUI.
 
Meski demikian, Rozin tak merinci khusus apakah semua kiai yang wafat itu akibat terinfeksi virus corona atau tidak. Ia hanya mengatakan Covid-19 turut menjangkit para pemimpin pesantren di wilayah Jawa dan Madura. Bahkan, terjadi peningkatan jumlah kiai dan ulama yang menderita Covid-19.

"Peningkatan penularan yang sangat signifikan terhadap para kiai dan pengasuh pesantren terutama di seluruh wilayah Madura dan wilayah lain seperti Jawa Tengah utara seperti Pati, Kudus, Demak, Jepara, dan daerah lainya secara merata," kata Rozin.

Di sisi lain, Rozin mengatakan pesantren pasti memiliki kesadaran yang tinggi terkait bahaya Covid-19. Namun, kondisi itu berubah setelah Hari Raya Idulfitri tahun ini. Kondisi di masyarakat, kata dia, banyak yang mulai bosan dan diiringi dengan kembalinya aktivitas pendidikan di pondok pesantren.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, kondisi ini turut diperparah dengan munculnya varian Delta virus corona. Sehingga menjadi salah satu faktor dalam meningkatnya kasus Covid-19 di lingkungan pondok pesantren.

"Untuk para jamaah, alumni, dan wali santri agar menghindari mengundang kiai untuk hadir dalam acara yang dapat mengundang banyak orang. Cukup meminta, doa restu saja kepada sang kiai," kata Rozin.

 
Rozin pada kesempatan itu kemudian mengimbau kepada pondok pesantren yang ruang pendidikannya berada di dalam kompleks agar waspada. Pertama, agar melaksanakan protokol kesehatan yang ketat. Kedua, jangan memulangkan santri dan membatasi keluar masuk tamu. "Dan menyiapkan ruang isolasi dan standarnya," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement