Senin 26 Jul 2021 00:38 WIB

DIY Bentuk Satgas Khusus Tekan Kematian Pasien Isoman

Selama Juni hingga Juli 2021 ini, kematian pasien Covid-19 saat isoman meningkat.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Foto: Dok Pemprov DIY
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY akan membentuk satuan tugas (satgas) yang khusus untuk menekan kematian pasien Covid-19 saat menjalani isolasi mandiri (isoman). Pasalnya, selama Juni hingga Juli 2021 ini, kematian pasien Covid-19 saat isoman meningkat drastis di DIY.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan masing-masing pemerintah kabupaten/kota. Satgas ini nantinya memantau kondisi pasien yang menjalani isoman dan memindahkan proses isolasi ke shelter-shelter terpusat.

Baca Juga

"Nanti akan dibentuk satgas yang akan menangani isolasi di shelter terpusat. Nanti pihak kabupaten/kota yang mendata nama dan alamat dari mereka yang isoman dan membantu kami melakukan tracing bagi seluruh isoman," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Sabtu (24/7).

Pihaknya sudah menyiapkan tiga shelter terpadu yang menjadi wilayah kerja dari satgas yang akan dibentuk. Mulai dari Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, Balai Diklat Kementerian PUPR dan asrama mahasiswa UNY.

Tiga shelter terpadu ini dapat menampung 506 orang. Penempatan pasien isoman di shelter terpadu ini, kata Sultan, dibagi menurut gejala.

Bagi pasien yang memiliki gejala sedang, maka akan dibawa ke shelter terpusat. Namun, pasien dengan gejala berat akan dirujuk ke rumah sakit.

Sehingga, hanya pasien dengan gejala ringan yang diperbolehkan untuk menjalani isoman di rumah. Walaupun begitu, pasien dengan gejala ringan ini akan tetap dipantau oleh masing-masing kabupaten/kota yang dibantu oleh tenaga kesehatan.

"Nantinya dikoordinasikan dengan Puskesmas terdekat. Secara prinsip itu yang sudah kita sepakati dan pendekatan ini yang dinilai memungkinkan untuk lebih mudah dan berhasil dijalankan," ujarnya.

Sultan menuturkan, meningkatnya pasien yang meninggal saat isoman dikarenakan kondisi yang tidak terpantau dengan optimal. Walaupun awalnya pasien hanya bergejala ringan, namun berkembang menjadi berat dikarenakan tidak terpantau.

Dengan begitu, pengawasan terhadap bergejala ringan ini juga akan ditingkatkan. Khusus untuk lansia dan pasien yang memiliki komorbid akan dirawat di rumah sakit walaupun memiliki gejala ringan.

Edukasi agar masyarakat lebih memiliki shelter dibandingkan isoman di rumah, katanya, juga dilakukan. Pasalnya, saat ini pemanfaatkan shelter di DIY baru mencapai 60 persen.

"Kami juga berupaya meningkatkan pasokan dan ketersediaan oksigen bagi rumah sakit rujukan, melakukan rekrutmen tenaga relawan, serta mengoptimalkan masyarakat untuk memanfaatkan shelter untuk isolasi, meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19 maupun distribusi obat-obatan," jelas Sultan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement