Senin 26 Jul 2021 06:57 WIB

Covid-19 di Jabar Banyak di Daerah Padat

Covid-19 di Jabar Banyak di Daerah Padat

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Muhammad Hafil
Covid-19 di Jabar Banyak di Daerah Padat. Foto:     Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar membangun tenda-tenda serbaguna di rumah sakit  (RS) rujukan Covid-19 untuk membantu pasien yang terus berdatangan dan tidak tertampung.
Foto: istimewa
Covid-19 di Jabar Banyak di Daerah Padat. Foto: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar membangun tenda-tenda serbaguna di rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 untuk membantu pasien yang terus berdatangan dan tidak tertampung.

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia (Menkopolhukam) Mahfud MD dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengadakan silaturahmi bersama dengan alim ulama, pengasuh pondok pesantren, dan pimpinan agama se-Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan kebanyakan kasus Covid-19 yang tinggi berada di daerah yang padat.

Ia menjelaskan, di Bogor, Depok, Bekasi keterisian rumah sakit tertinggi di antara daerah lain di Jawa Barat. Keterisian rumah sakit di tiga daerah tersebut adalah 72,47 persen. Sementara, Jawa Barat ke arah timur atau Cirebon jumlah kasus Covid-19 semakin sedikit.

Baca Juga

"Ini menunjukkan Covid-19 lebih suka ke daerah-daerah yang padat," kata Ridwan, dalam kegiatan silaturahmi virtual, Ahad (25/7).

Saat ini, angka kesembuhan di Jawa Barat sebanyak 75,43 persen, sementara angka kepatuhan juga di atas 86 persen. Tingkat kematian di Jawa Barat di bawah angka kematian nasional. Namun, terdapat enam daerah yang tingkat kematiannya tinggi yakni Karawang, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Garut, dan Kota Sukabumi. Terkait hl ini, Ridwan berharap alim ulama setempat senantiasa berdoa dan memberikan dukungan untuk pencegahan Covid-19.

Ia menegaskan, saat ini pihaknya telah menurunkan polisi, tentara, satpol PP, yang melaporkan setiap hari menggunakan telepon selular. Aparat juga diminta untuk bersifat tegas namun tidak arogan kepada masyarakat.

Beberapa waktu lalu sempat viral aparat yang berlaku kasar kepada masyarakat pelanggar protokol kesehatan, bahkan didenda cukup tinggi. Ridwan menjelaskan, sebenarnya tahapan-tahapan sebelum masyarakat dikenai denda.

"Sebenarnya itu harus kita sempurnakan prosesnya. Karena yang pertama itu kalau ada masyarakat melanggar harus ada teguran lisan, kalau hari ini masih keukeuh, hukuman sosial, diumumkan publik, baru yang namanya denda. Jadi sudah saya ingatkan terus, jangan dikit-dikit melakukan denda. Apalagi kepada mereka yang nafkahnya itu harian," kata dia lagi.

Sementara itu, perwakilan dari Perwakilan Wilayah Syarikat Islam (PW SI) Jawa Barat, Nandang Koswara memgatakan sinergi antara pemerintah dan alim ulama memang perlu terus bersinergi menangani Covid-19. Saat ini, di lapangan para alim ulama tidak henti-hentinya untuk memberikan arahan kepada ummat.

"Kami harapkan, dengan penuh disipilin amsjid tetap dapat dimakmurkan. Tentu dengan protokol kesehatan yang ketat. Karena disitulah kita berdoa, tempat kita untuk istigosah," kata Nandang.

Perwakilan ICMI Jawa Barat, Mohammad Najib juga berharap agar masyarakat tidak menjadi objek saja dalam penanganan Covid-19. Masyarakat harus menjadi subjek dan berkewajiban untuk menanggung bersama sesuai dengan porsi dan tugasnya masing-masing.

Sementara perwakilan Keuskupan Bandung, Andreas Doweng Bolo mengatakan saat ini gereja menerapkan protokol kesehatan untuk peribadatan. Ibadah saat ini masih dilakukan secara daring. Vaksinasi juga dilakukan di sejumlah sekolah Katolik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement