Senin 02 Aug 2021 01:12 WIB

Honda Produksi Sepatu Navigasi untuk Pejalan Kaki

Berdasarkan rute yang disetel dengan aplikasi, perangkat akan menyediakan navigasi.

Honda Motor Co akan memproduksi sepatu navigasi untuk pejalan kaki.
Foto: PR times
Honda Motor Co akan memproduksi sepatu navigasi untuk pejalan kaki.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Honda Motor Co Ltd mendirikan Ashirase Inc, sebuah perusahaan baru yang dibentuk dari program penciptaan bisnis baru Honda, IGNITION, dengan produk pertamanya berupa sepatu navigasi untuk pejalan kaki. Ashirase saat ini sedang mengembangkan sistem navigasi dalam sepatu untuk mendukung tunanetra mencapai tujuan perjalanannya. 

"Sistem yang dinamai Ashirase itu akan mulai dipasarkan akhir tahun fiskal yang berakhir pada 31 Maret 2023," kata Honda dalam pernyataan resminya, dikutip Ahad (1/8). 

Ashirase adalah sistem navigasi yang terdiri dari aplikasi smartphone dan perangkat getaran tiga dimensi termasuk sensor gerak, yang terpasang di dalam sepatu. Berdasarkan rute yang disetel dengan aplikasi, perangkat bergetar untuk menyediakan navigasi.

Ketika pengguna harus berjalan lurus, vibrator yang berada di bagian depan kaki bergetar, dan ketika pengguna mendekati belokan kanan atau kiri, vibrator di sisi kanan atau kiri bergetar untuk memberi tahu pengguna. Navigasi yang disediakan oleh Ashirase memungkinkan pemahaman intuitif tentang rute, dan oleh karena itu pengguna tidak harus selalu memperhatikan arah, yang memungkinkan pengguna untuk berjalan lebih aman dan dengan kondisi pikiran yang lebih santai.

Navigasi disediakan melalui getaran pada kaki, sehingga tidak mengganggu tangan pengguna yang memegang tongkat, atau telinga yang digunakan untuk mendengarkan suara sekitar. Vibrator terletak sejajar dengan lapisan saraf kaki, sehingga mudah untuk merasakan getaran.

Di Jepang, jumlah orang dengan gangguan penglihatan termasuk low vision diperkirakan mencapai 1,64 juta pada tahun 2007, dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 2 juta pada tahun 2030.

Orang-orang tunanetra terus-menerus memeriksa keselamatan mereka dan rute ke tujuan ketika mereka berjalan sendirian. Namun, karena mereka diharuskan menggunakan semua indera yang tersisa untuk memperoleh informasi untuk mengimbangi penglihatan mereka yang terbatas, agaknya tidak dapat dihindari bahwa mereka tidak akan dapat memberikan perhatian yang menyeluruh dan menghadapi masalah fungsional seperti 'tersesat' atau 'terjatuh ke dalam situasi yang tidak aman.'

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement