Senin 02 Aug 2021 11:00 WIB

Serangan di Prosesi Pemakaman Anggota Hizbullah, 5 Tewas

Serangan bersenjata terjadi saat prosesi pemakaman anggota partai Hizbullah

Rep: Rizky Jaramaya/Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
 Seorang pengunjuk rasa mengibarkan bendera nasional Lebanon saat dia berjalan di depan ban yang terbakar yang memblokir jalan utama, selama protes di pusat kota Beirut, Lebanon, Rabu, 3 Maret 2021.
Foto: AP/Hassan Ammar
Seorang pengunjuk rasa mengibarkan bendera nasional Lebanon saat dia berjalan di depan ban yang terbakar yang memblokir jalan utama, selama protes di pusat kota Beirut, Lebanon, Rabu, 3 Maret 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Setidaknya lima orang termasuk di antaranya tiga anggota Hizbullah tewas di wilayah selatan ibu kota Beirut, Lebanon, pada Ahad (1/8). Menurut laporan, terjadi penyergapan dan serangan tiba-tiba saat prosesi pemakaman seorang anggota partai tengah dilakukan.

Dilansir Voice Of America, beberapa orang juga terluka dalam insiden yang tepatnya terjadi di wilayah Khalde, antara anggota warga Syiah dan Sunni Lebanon. Pemakaman dilakukan untuk seorang anggota Partai Hizbullah bernama Ali Shebli yang meninggal akibat terbunuh pada Sabtu (31/7) malam.

Baca Juga

Dalam sebuah pernyataan, Hizbullah mengimbau tentara dan pasukan keamanan menangkap mereka yang berada di balik penyergapan. Sumber mengatakan bahwa tentara telah dikerahkan ke Khaled dan mengirim bala bantuan.

Dilansir Aljazirah, Hizbullah yang merupakan kelompok bersenjata paling kuat di Lebanon mengatakan, dua pelayat dipastikan tewas dalam serangan penembakan itu. Hizbullah menyebut serangan itu merupakan penyergapan yang direncanakan. Mereka meminta pasukan keamanan untuk memulihkan keamanan di kota Khalde, yang terletak di selatan Beirut, dan mengejar para pelaku.

Media lokal mengatakan, empat orang kemungkinan tewas dalam serangan. Sementara jaringan televisi lokal menunjukkan siaran rekaman seorang pemuda bersenjata yang mengamuk di daerah tersebut.

Peringatan juga dikeluarkan tentara dengan mengatakan bahwa semua pria bersenjata di Khalde akan diamankan. Meski adanya peringatan, baku tembak tetap terjadi selama sekitar tiga jam di wilayah itu hingga Ahad (1/8) malam.

Pos pemeriksaan militer yang didukung oleh kendaraan lapis baja didirikan di berbagai persimpangan jalan menuju Khalde. Palang Merah Lebanon mengatakan telah mengangkut empat orang yang terluka, termasuk satu dalam kondisi serius untuk perawatan medis.

"Namun jumlah korban luka lebih banyak, karena banyak yang diangkut dengan mobil pribadi sementara Palang Merah tidak dapat memperoleh akses ke lokasi baku tembak,” ujar Palang Merah Lebanon dałam sebuah pernyataan.

Tembakan-tembakan penembak jitu menimbulkan kepanikan di daerah itu ketika orang-orang melarikan diri dari restoran dan pantai. Kantor Berita Nasional yang dikelola negara mengatakan anggota Hizbullah menyebut Shebli terbunuh dari jarak dekat di sebuah pernikahan pada Sabtu (31/7) malam di Khalde, yang diduga terjadi sebagai balas dendam atas kematian dua orang pada tahun lalu di daerah yang sama.

Perdana Menteri Lebabon Najib Mikati mengimbau semua pihak menahan diri dan memperingatkan terhadap potensi perselisihan lebih lanjut. Ketegangan antara warga Muslim Sunni dan Syiah sering menjadi masalah serius di Lebanon.

Kekerasan itu terjadi saat Lebanon menghadapi krisis ekonomi yang digambarkan oleh Bank Dunia sebagai salah satu yang terburuk di dunia sejak pertengahan abad ke-19. Negara Timur Tengah ini telah menghadapi kemiskinan yang melonjak, dengan mata uang anjlok dan kekurangan barang-barang pokok dari obat-obatan hingga bahan bakar.

Sudah hampir setahun Lebanon hanya dipimpin pemerintahan sementara setelah kabinet mengundurkan diri pascainsiden ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut 4 Agustus tahun lalu. Negara itu terperosok dalam ketidakstabilan politik sejak gerakan protes nasional pecah pada akhir 2019 menuntut diakhirinya sistem pembagian kekuasaan yang diduga melakukan korupsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement