Senin 02 Aug 2021 18:44 WIB

Rashad Hussain, Duta Besar Kebebasan Beragama dari AS

Biden telah mengangkat Rashad Hussain menjadi duta besar AS untuk Kebebasan Beragama

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Rashad Hussain
Foto: Wikipedia
Rashad Hussain

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mengangkat Rashad Hussain menjadi duta besar AS untuk Kebebasan Beragama Internasional. Hussain menjadi Muslim pertama yang menjabat posisi tersebut.

Hussain akan mengisi ruang Departemen Luar Negeri yang kosong setelah mantan gubernur Kansas dan Senator AS Sam Brownback yang pergi pada penutupan pemerintahan Trump. HUssain saat ini bekerja sebagai direktur Kemitraan dan Keterlibatan Global di Dewan Keamanan Nasional.

Siapa sebenarnya sosok Rashad Hussain?

Seperti dikutip dari laman About Islam, dilansir Senin (2/8), Rashad Hussain merupakan seorang Muslim yang lahir pada 1978, di Wyoming dan dibesarkan di Plano, Texas, sebagai putra warga negara AS kelahiran India.

 

Hussain menerima gelar Juris Doctor dari Yale Law School, di mana ia menjabat sebagai editor Jurnal Hukum Yale. Setelah lulus, ia menjabat sebagai Panitera Hukum untuk Damon J. Keith di Pengadilan Banding AS. Hussain juga memperoleh gelar Master di bidang Administrasi Publik (Kennedy School of Government) dan Studi Arab dan Islam dari Harvard University.

Dia kuliah di University of North Carolina di Chapel Hill. Tulisan akademisnya berfokus pada keamanan nasional, hukum tata negara, dan kebebasan sipil. Hussain juga menjabat sebagai Deputy Associate Counsel untuk Presiden Obama, dengan fokus pada isu-isu keamanan nasional, media baru, dan sains serta teknologi.

Dia bekerja dengan Staf Keamanan Nasional dalam mengembangkan dan melanjutkan konsep yang digariskan Presiden Obama dalam pidatonya pada Juni 2009 di Kairo, Mesir, yang berjudul 'the New Beginning'. Dia sebelumnya menjabat sebagai Pengacara Pengadilan di Departemen Kehakiman AS.

Pada awal karirnya, Hussain adalah asisten legislatif di Komite Kehakiman DPR, di mana ia fokus pada isu-isu terkait keamanan nasional. Pada Juni 2015, Hussain menguraikan strategi untuk menciptakan kemitraan dan pusat pengiriman pesan di seluruh dunia untuk melawan propaganda teroris.

Penunjukan Rashad Hussain ini disambut baik oleh sejumlah kalangan. Pakar komunitas Muslim Amerika di Wayne State University, Saeed Khan, mengatakan penunjukan Rashad tidak hanya menunjukkan kepentingan pemerintahan Biden pada kebebasan beragama. Menurutnya, hal ini juga menunjukkan pentingnya dunia Muslim bagi pemerintah baik dalam memerangi Islamofobia dan juga mempromosikan kebebasan beragama di negara-negara mayoritas Muslim.

"Latar belakang Rashad akan memungkinkan dia untuk melakukan diskusi terbuka dengan negara-negara mayoritas Muslim tentang kebebasan beragama," kata Saeed Khan seperti dilaporkan Religion News.

Anila Ali, salah satu pendiri American Muslim and Multifaith Women's Empowerment Council Iftar yang telah bekerja dengan Hussain di masa lalu, juga merayakan pencalonannya. Sebagai AMMWEC, dan sebagai seorang pemimpin wanita, ia berharap dapat bekerja sama dengannya karena wanita memainkan peran penting dalam penciptaan perdamaian.

"Dia telah bekerja dengan komunitas Muslim selama periode Obama dan kami berharap pengalamannya yang relevan akan membuatnya menjadi suara bagi kita semua," ujar Ali.

Selain Hussain, Biden juga berencana untuk menunjuk Khizr Khan dan Rabi Sharon Kleinbaum sebagai komisaris baru di Komisi Kebebasan Beragama Internasional Amerika Serikat.

Khan menjadi terkenal pada 2016 ketika dia dan istrinya, Ghazala, berbicara selama Konvensi Nasional Demokrat sebagai orang tua "Bintang Emas". Pada kesempatan itu, ia membahas putra mereka, Humayun, seorang kapten Angkatan Darat AS yang meninggal di Irak pada 2004.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement